IKUT PERASAAN : BAGIAN SATU
Sebelum mulai ke isi cerita, saya ingin terlebih dahulu menuliskan semacam pengantarnya. Jadi, pada periode ini saya akan menulis sebuah tulisan, mungkin cerita, yang bagi saya sendiri akan terasa sangat absurd. Karena rasanya saya tidak menyiapkan banyak hal untuk tulisan ini kecuali sebuah usaha untuk tetap waras saat menulisnya.
Tidak terlalu besar harapan saya teman-teman dapat menikmati tulisan yang mungkin terlalu absurd ini. Namun apabila teman-teman nantinya berkenan untuk membacanya, semoga teman-teman dapat menemukan apapun itu dari tulisan ini, aamiin.
Selamat berbahagia.
-
Perasaan manusia itu susah-susah gampang, bisa-tidak bisa, diprediksi. Tapi secara sederhana oleh kita sendiri diberi nama. Ada sedih. Ada senang. Ada takut. Ada bahagia. Ada rindu. Ada kesal. Ada sayang. Ada sakit. Ada marah. Ada lelah. Ada asyik. Dan lainnya. Tapi kebanyakan, saat perasaannya sedang dirasakan, seluruhnya itu tidak bisa secara telanjang dierjemahkan. Tapi mari kita coba, bersama-sama, menerjemahkan perasaan yang tidak jelas secara absurd ke dalam sebuah tulisan.
Misalnya seperti saat ini, kemudian Malam melahirkan seorang anak laki-laki yang tidak laki-laki dan tidak juga perempuan. Perawakannya seperti seorang anak usia dua belas tahun. Rambutnya hitam, tebal, dengan potongan rambut bob yang lucu. Kulitnya tergolong kulit Asia yang terang, tapi tidak bercahaya seperti matahari. Di matanya terpasang sebuah kacamata hitam bulat dengan frame berwarna merah menyala, tapi tidak seperti api. Kaosnya belang-belang strip horizontal warna hitam dan putih. Dibungkus semcam overall model Mario Bros dari bahan jeans. Dia juga pakai sepatu yang bagus, yaitu sepatu kulit model oxford warna cokelat ukuran anak kecil, dilengkapi kaos kaki belang hitam dan putih yang kelihatan karena overall yang ngatung. Anak ini, pipinya boleh kita sebut tembem, dihias hidung bulat yang mungil juga bibir yang merah jambu. Sambil membawa sebuah tas selempang kecil bahan kulit berhias sebuah enamel pin berbentuk matahari, dia dilahirkan tepat malam ini oleh Malam, dan dengan resmi diberi nama : Perasaan.
Perasaan, maksudku anak itu, yang bernama Perasaan, malam itu lahir di sebuah tempat yang jauh dari keramaian, dari hiruk-pikuk kehidupan manusia yang samar-samar. Perasaan lahir di puncak sebuah bukit yang tenang, tidak banyak tingkah, dan masih hijau tidak gundul. Kelahirannya tidak sepi. Kelahirannya dihadiri oleh berbagai makhluk yang semuanya adalah baik. Kalian bisa lihat sendiri, di sana ada Ayah Rusa dengan tanduknya yang bercabang bersama istrinya, si Ibu Rusa, juga dua ekor anaknya yang sekeluarga sama-sama mengenakan sweater hangat rajutan bahan kain wool. Di sana ada sekitar tujuh puluh kelinci dari Tibet yang semuanya memakai jaket dan penghangat telinga berbagai warna yang cerah. Di sana ada macam-macam predator seperti Singa, Macan, Harimau, Serigala, Beruang. Semua predator itu duduk di sekitar sambil tersenyum hingga terlihat taring di wajahnya, dan kompak semua menggunakan kacamata hitam sambil memegang aneka macam bunga. Di sana ada Semut, Belalang, Lebah, Nyamuk, Kumbang, Kepik, Kunang-kunang. Di sana ada Elang, Burung Hantu, Kolibri, Merak, Kakaktua, Rajawali, Garuda, Ayam Hutan, Ayam Kampung, Ayam Negeri, Ayam Luar Negeri, dan unggas-unggas lainnya. Semuanya hadir dengan gaya berpakaian masing-masing yang lucu dan berwarna lagi merdeka. Topi, syal, jaket, kacamata, kalung, sandal, sepatu, dan lainnya. Bahkan Tuan Berang-berang hadir lengkap dengan baju koko dan sarung yang diselempangkan seperti bapak hansip kalau sedang ronda. Sayang, kawan-kawan ikan dari laut tidak bisa hadir karena katanya susah bernafas dan tidak masuk akal. Tapi tidak apa.
Di sekitar kerumunan hewan-hewan yang kelihatannya berbahagia, ikut meramaikan juga kawan-kawan tumbuhan yang tinggi-tinggi menjulang. Ada tuan-tuan dan nyonya-nyonya Pinus yang berbaris rapat-rapat. Di dekat kerumunan predator ada juga sekumpulan Pohon-pohon Karet yang sudah dewasa, sudah pandai betul memilah mana yang baik dan buruk. Di seberangnya berkumpul Pohon-pohon Karet yang jauh lebih muda, membuat kawan-kawan Pohon Ek di sebelahnya jadi berpikir bahwa ada kesenjangan sosial yang terjadi Antara generasi tua dan muda di keluarga besar pohon karet, meski semuanya tampak bahagia.
Keramaian malam itu rupanya tidak hanya diikuti oleh hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan yang terhormat. Di atas bukit, tapi tidak berpijak, rupanya telah ramai oleh aneka hadirin yang sudah jauh-jauh dating dari angkasa raya. Ada Awan-awan putih seumpama kapas yang berhias topi kerucut seperti di acara ulang tahun. Ada Bulan yang, subhanallah, terang sekali, beliau malam ini hadir dengan kacamata hitam, yang saat ditanya kenapa memakainya oleh Jupiter, menjawab karena silau oleh Matahari yang ikut meramaikan suasana di sebelah ─ tentu saja ─ Merkurius, yang di sebelah Venus, yang di sebelah Bumi, yang di sebelah Mars, yang di sebelah Jupiter si Bongsor, yang di sebelah Saturnus yang memakai hulahop di pinggang, yang di sebelah Uranus, yang di sebelah Neptunus, yang di sebelah Pluto yang oleh beberapa manusia sudah tidak dianggap tapi masih sudi dating dan meramaikan suasana. Selebihnya, kawan-kawan Meteor dan Asteroid. Selebihnya, juga ada Bintang-bintang yang tidak sedang jatuh demi manusia, mereka berkedip-kedip dan tidak terhitung jumlahnya.
Betapa ramai malam itu oleh berbagai apa saja. Membuat bukit itu seolah menjadi dunia yang berbeda dari yang sudah ada. Membuat semuanya yang hadir menjadi sama, yaitu ajaib. Membuat semuanya yang hadir menjadi sama, yaitu berkumpul. Membuat semuanya yang hadir menjadi sama, yaitu menyambut kelahiran. Membuat semuanya yang hadir menjadi sama, yaitu terbawa. Oleh karena seorang anak, yang bernama : Perasaan.
No comments:
Post a Comment
komennya yang asik-asik aja ya frend...hhe.