Pada suatu masa, hiduplah seorang anak laki-laki bersama ayahnya yang miskin. Anak malang tersebut, pada masa itu hidup tanpa ibu, hanya bersama ayahnya, karena oh karena sang ibu sudah lama pergi meninggalkan mereka, untuk pergi ke pasar emnjual singkong keju hasil curian. Sudah dua puluh tujuh koma lima menit si ibu pergi.
Pada masa selanjutnya, yaitu esok harinya. Si anak malang tersebut, yang ialah anak bernama Alang (akronim anak malang), harus pergi ke sekolah menuntut ilmu.
("Woyyy!!! Mana ilmu aing? Kadieukeun!!!" atau "Saudara Ilmu, anda saya tuntut!!")
Alang adalah anak yang rajin. sudah dari pukul 02.00 dini hari ia bangun untuk siap-siap berangkat ke sekolah. Ia mandi (besar, gayungnya....) lalu sahur. Dari jam tiga ia sudah mulai berangkat ke sekolah. Ia pamit pada ayahnya, tapi tidak pada ibunya, karena ibu belum pulang. Dari jualan singkong keju kemarin. Karena Alang anak soleh, ia tetap harus pamit pada bunda, walau tidak secara langsung. Maka ia SMS bundanya itu :
"Mah, Alang otewe skul, ya"
Ibunya membalas SMS Alang :
"Jangan SMS. BBM aja, Lang"
Maka Alang BBM si ibu :
"Mah, Alang otewe skul, ya"
Ibunya membalas BBM dari Alang :
Nitip dahar (makan), Lang. Endog (telur) we. Padang nya"
Maka Alang membalas BBM sang ibu :
"Oke. Love you, Mah <3 p="">3>
Si ibu? BBM Alang hanya di-read.
Alang sedih. Tapi tetap harus sekolah. Iapun keluar rumah, malangnya anak miskin ini. Ia nyalakan sepeda motornya untuk berangkat ke sekolah. Motornya HONDA. HONDA CB 250. Dapat maling di kedai kopi pinggir jalan.
Maka Alang pun melesat di jalanan dini hari yang sepi. Dengan kecepatan rata-rata 140 km/jam Alang mengemudikan motornya sambil berlinang air mata. Bukan karena BBM-nya yang hanya di-read oleh sang ibu. Tapi karena Alang tidak pakai helm. Coba bayangkan, dengan kecepatan rata-rata 140 km/jam, angin akan............ Oke.
Setelah kurang lebih tiga jam setengah Alang memacu motornya, yang artinya sudah sekitar jam 06.30 pagi, Alang masih belum menurunkan kecepatannya yang melesat seperti "ssssshhhaaaaaattttttt!!!!". Dalam deru angin berpacu Alang berseru dengan lantang,
"Sialan!! Sial! Sial!", dan kemudian meningkatkan kecepatan rata-rata motornya menjadi sekitar 141,5 km/jam.
Hmmm....
Setelah tujuh jam berkendara seperti setan kemasukan orang, yang mana artinya sudah jam 10.00 pagi. Yang artinya Alang sangat-sangat-sangat-sangat-sekali lagi dong-sangaatttttt terlambat sampai di sekolah.
BAGAIMANA TIDAK, KAWAN-KAWAN??!!
RUMAH ALANG DI SUKABUMI!!!
SEKOLAH ALANG DI SOLO!!!!!!!!!!
SOLO!!!! MEN!
Tidak! Alang bukan anak yang rajin, kawan-kawan!! Lihat bagaimana ia terlambat ke sekolah! Sungguh bukan contoh yang baik!
Maka apa selanjutnya?
Alang tidak masuk sekolah hari itu, karena tidak boleh masuk sekolah terlambat. Toleransi paling lambat adalah jam 09.55, apalagi jam 10.00!!!!
Akhirnya Alang pun memutuskan untuk nongkrong di luar sekolah, merasa capek setelah tujuh jam berkendara Sukabumi-Solo. Alang nongkrong hingga jam 16.00 sore. Setelah itu baru ia pulang lagi ke Sukabumi, dan baru sampai di rumah jam 23.00 malam.
Itu teralu melelahkan, kawan. Dia butuh tidur. Maka ia tidur selama tiga jam untuk kembali bangun jam 02.00 dan siap-siap untuk pergi ke sekolah. Untuk kemudian berkendara seperti sapi yang kemasukan rudal dan terbawa terbang selama tujuh jam ke sekolah. Untuk kemudian datang terlambat di sekolah. Untuk kemudian nongkrong di warung hingga sore. Untuk kemudian berkendara tujuh jam lagi ke Sukabumi.
Begitulah siklus tersebut berlangsung selama lima tahun ia di SMA di Solo, dua tahun tidak naik kelas.
Lalu untuk apa????????????
Untuk kemudian dia di-Drop Out dari sekolah karena nilainya nol semua.
Lalu, selanjutnya?
Pada tahun monyet, Alang wafat karena kecelakaan lalu lintas. Innalillahi. Dalam sebuah surat kabar tertulis sebagai headline news bahwa tim forensik menyatakan bahwa :
SEORANG PELAJAR MENINGGAL DUNIA KARENA KECELAKAAN.
Kuat dugaan, karena mengemudi dengan kecepatan tinggi dalam keadaan mengantuk karena kurang tidur selama lima tahun.
.
.
.
.
.
.
.
Bodo amat!!!!
TAMAT.
*NB : cerita ini datang, ke benak saya, seketika saja, ketika saya disalip oleh anak sekolah ugal-ugalan yang ngeselin, beungeutnya ngeselin, ga enakeun liatnya.
*NB : cerita ini datang, ke benak saya, seketika saja, ketika saya disalip oleh anak sekolah ugal-ugalan yang ngeselin, beungeutnya ngeselin, ga enakeun liatnya.