Friday, 23 December 2016

SIARAN TENGAH MALAM

Selepas tengah malam menuju pagi
Jangkrik-jangkrik berderik
Angin-angin malam menembus
Detak-detik jam dinding berisik

Kemudian begitulah
Seperti radio khusus tengah malam

Radio favoritku memulai siarannya
Mengantarkanku ke peraduan
Mengupas semua isi dunia dan wicara
Menyisakan senyum-senyum tak bertuan

Radio favorit, jangan berhenti siaran
Menuju pagi, selepas tengah malam.

Sunday, 23 October 2016

BATAS DAN JARAK

batas/ba·tas/ n 1 garis (sisi) yang menjadi perhinggaan suatu bidang (ruang, daerah, dan sebagainya); pemisah antara dua bidang (ruang, daerah, dan sebagainya); sempadan: mana -- kebun ini?; sungai ini menjadi -- Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah; 2 ketentuan yang tidak boleh dilampaui:pembentukan kabinet diberi -- waktu seminggu; tindakan itu dianggap orang telah melampaui -- kekuasaannya; 3 perhinggaan: air sungai itu tidak dalam, hanya sampai -- lutut;berjalan sampai ke -- , berlayar sampai ke pulau, pb segala usaha hendaknya sampai kepada maksudnya;
-- apkir batas waktu suatu material dapat digunakan dengan aman; 

-- cair Tan kandungan air maksimum dalam tanah tempat tanah mulai bersifat, seperti cairan; 
-- elastik Fis batas lenting; 
-- lenting Fis tegangan maksimum yang dapat ditunjang oleh bahan atau bangunan tanpa menderita perubahan bentuk (deformasi) yang tetap (permanen); batas elastik; 
-- pemandangan kaki langit; tepi langit; horizon; 
-- penanggalan internasional Geo garis batas yang letaknya kira-kira bertepatan dengan meridian 180o dari utara ke selatan melalui Samudra Pasifik;


Otak manusia mengetahui sesuatu tentang kata "batas". Berdasarkan pengertian batas yang dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebelumnya, jika disederhanakan, batas akan berkaitan dengan konsep jarak, wilayah, waktu, ruang, pengetahuan, jangkauan, dan lain-lain sebagainya. Pada setiap satuan konsepnya, manusia akan selalu berada dalam suatu titik yang selalu memiliki batas, namun itu juga berarti ada hal-hal lain yang berada di luar batas tersebut.

Batas senantiasa menghasilkan sebuah celah, ruang, interval, atau apapun yang selanjutnya menjadi pemisah antara sesuatu yang ada di dalam batas dengan sesuatu yang ada di luar batas tersebut. Hal ini seringkali menimbulkan sebuah masalah bagi manusia dan seringkali dengan cepat dianggap menjadi suatu masalah besar oleh manusia di muka bumi yang kita cintai sepanjang masa. Menurut saya, fenomena itu terjadi pada persepsi manusia dikarenakan adanya sebuah fenomena lain yang kita sebut sebagai relativitas yang selalu memiliki suatu satuan sendiri yang tidak bisa ditetapkan. Ketika terhambat oleh sebuah batas, umumnya manusia seringkali dengan cepat mengambil kesimpulan dan lupa akan relativitas yang ada, sehingga dengan cepat suatu batas akan dianggap menjadi sebuah masalah yang menimbulkan berbagai kecemasan dan kekhawatiran. Lebih jauh lagi hal tersebut akan menimbulkan perasaan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia dalam menghadapi masalah batas tersebut.

Relativitas sesungguhnya akan memberikan opsi-opsi baru bagi manusia. Memunculkan perbandingan-perbandingan lain yang menghasilkan berbagai macam probabilitas yang memungkinkan manusia justru melampaui batas yang ditemuinya, sehingga baiknya manusia bisa lebih bijak memandang suatu batasan dengan menemukan relativitas-relativitas lain yang memberikan perspektif baru dalam mencari alternatif lain guna melampaui batas atau menyelesaikan sebuah permasalahan yang berkaitan dengan batasan yang ditemuinya.

Berbicara soal jarak. Jarak seringkali dianggap sebagai suatu permasalahan karena membatasi suatu kemampuan atau jangkauan manusia terhadap sesuatu yang ada di luar batas jangkauannya dan hal tersebut membatasi kita dari keinginan kita untuk menjangkau sesuatu yang kita inginkan, sehingga kita seringkali merasa cemas, sedih, dan khawatir atau bahkan putus asa dengan keadaan tersebut. Memang, keadaan tersebut pun seringkali tidak dapat saya pungkiri secara pribadi, namun tentu saja ada baiknya jika kita mencoba mencari lebih banyak pengetahuan yang membawa kita pada sesuatu yang bisa membawa kita relatif lebih dekat kepada batasan jangkauan kita. Sehingga sekalipun dirundung oleh keterbatasan jarak dan waktu secara fisik, setidaknya pengetahuan tersebut akan memberikan kita sedikit banyak penghiburan bagi diri kita sendiri.

Secara fisik, kita memang memiliki banyak sekali keterbatasan khususnya jarak yang tentu saja terjadi karena adanya pernikahan yang sah antara ruang dan waktu, dan kebanyakan selalu begitu. Namun kita tentunya tidak boleh bersedih begitu saja karena hal tersebut dan kemudian menyedihkan keterbatasan yang ada pada diri manusia secara fisik. Di luar kemampuan fisik, nyatanya manusia memiliki kemampuan yang jauh melampaui batasan-batasan fisik yang dimilikinya, yaitu kemampuan berpikir yang dimiliki oleh otak manusia.

Pertama, kemampuan otak manusia memungkinkan kita memiliki sebuah kemampuan yang disebut imajinasi. Kemampuan tersebut memungkinkan kita untuk keluar lebih jauh dari rumah tangga yang telah dijalin oleh ruang dan waktu sejak lama, memungkinkan kita untuk bergerak lebih bebas, memang tidak secara fisik namun secara psikologis tak jarang mampu berdampak positif bahkan relatif lebih jauh dibandingkan pencapaian yang dilakukan secara fisik di beberapa kasus. Berdasarkan sumber yang diperoleh, kemampuan imajinasi manusia berfungsi dalam dua bentuk, yaitu imajinasi sintesis dan imajinasi kreatif. Imajinasi kreatiflah yang memungkinkan pikiran kita yang terbatas berkomunikasi langsung dengan intelegensi tanpa batas. Melalui imjainasi ini pula kita memperoleh firasat, inspirasi, atau ilham. Bahkan lebih jauh lagi, imajinasi kreatif juga memungkinkan kita untuk bisa menyesuaikan diri atau berkomunikasi dengan pikiran dan perasaan sadar dan bawah sadar manusia lainnya.

Kedua, disebutkan dari sumber lain bahwa terdapat beberapa fakta menarik tentang otak dan pikiran manusia yang menyebutkan bahwa kemampuan pikiran kita jauh melebihi dimensi ruang dan waktu itu sendiri, fakta-fakta tersebut di antaranya adalah :
  1. Pikiran manusia terhubung dengan alam semestaUniversal Conciousness/Morphogenetic Field. Singkatnya, menurut beberapa ilmuwan menyatakan bahwa pikiran manusia memiliki hubungan secara tidak sadar dengan alam semesta yang kita tinggali. Kemampuan manusia untuk dapat berhubungan ini disebut oleh seorang psikolog bernama Karl Jung sebagai Universal Conciousness, dan oleh seorang ahli biolog bernama Rupert Sheldrake sebagai Morphogenetic Field. Karena pikiran manusia terhubung dengan alam semesta, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara tidak langsung pula pikiran manusia dengan manusia lainnya juga dapat terhubung melalui sesuatu yang disebut medan energi. Saling berhubungannya pikiran manusia ini disebut juga sebagai 'hubungan pikiran' atau 'hubungan batin' (mental connection) yang seringkali terasa lebih kuat oleh mereka yang terikat oleh hubungan darah.
  2. Pikiran manusia saling berinteraksi di alam bawah sadar. Saya rasa hal ini dapat terjadi ketika terjadi interaksi baik secara langsung atau tidak langsung melalui kontak baik secara fisik, visual, ataupun melalui suara.
  3. Pikiran manusia dapat menjelajah di alam semesta. Pada saat-saat tertentu, khususnya pada saat dalam kondisi tidak sadar, dikatakan bahwa pikiran atau kesadaran kita dapat menjelajah ke manapun di alam semesta kita ini, hal ini biasanya sering terjadi di dalam mimpi, di alam bawah sadar manusia. Memang agak sedikit sulit dipahami, namun jika didasari pada fakta pertama dimana dikatakan bahwa pikiran kita dapat terhubung dengan alam semesta dan dengan manusia lainnya.
Berdasarkan sumber yang saya peroleh memang mungkin belum memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga bisa saja fakta-fakyta yang dikemukakan baru merupakan sebuah teori saja. Kendati demikian, rasanya jauh di bawah sana saya pribadi merasakan bahwa teori yang mungkin saja benar tersebut dapat diasumsikan benar secara subjektif berdasarkan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan teori tersebut semasa kita hidup.

Dengan ditulisnya tulisan singkat ini, saya tidak ada maksud untuk menggurui atau bermaksud mengajarkan apa yang saya peroleh dari sumber yang belum kuat. Akan tetapi, sedikitnya saya berharap bisa memberikan sebuah pandangan lain terhadap apa yang saya bahas kali ini. Selanjutnya, untuk mengikis perasaan-perasaan cemas, khawatir, sedih, dan lainnya yang tercipta karena adanya keterbatasan dan jarak yang nyata, berikut akan saya sampaikan sebuah perbandingan sederhana mengenai jarak.

Mari kita asumsikan bahwa ada dua orang yang terpisah sangat jauh di muka bumi kita tercinta ini. Bumi memiliki keliling total sejauh 40.075 km, sehingga kemungkinan dua orang tersebut berpisah paling jauh adalah dengan jarak setengah keliling bumi, yaitu sejauh 20.037,5 km, itulah jarak maksimal dua orang dapat terpisah. Dengan jarak yang sangat jauh tersebut tentu saja akan terasa sangat berat rasanya bagi kedua orang tersebut sehingga seringkali muncul perasaan cemas, khawatir, sedih, rindu, dan lain sebagainya di antara keduanya tentang masa sekarang dan masa yang akan datang di antara mereka. Namun kita sadar bahwa jauh atau dekat itu relatif, relativitas tersebut berlaku ketika kita menemukan sebuah perbandingan jarak atau batas lainnya yang jauh lebih hebat dan lebih dahsyat, yang justru sebenarnya tersimpan dalam diri masing-masing dua orang yang terpisah tersebut. Contoh kecilnya, bahkan di dalam otak mereka sesungguhnya tersimpan sesuatu yang jauh dan jauh lebih panjang jika dibentangkan, yaitu urat syaraf di otak yang jumlahnya mencapai 14 milyar yang jika dibentangkan akan memiliki panjang sebesar 480.000 km atau 12 kali lebih panjang dari keliling bumi, atau 24 kali lebih panjang dari jarak maksimal kedua orang tersebut terpisah. Dan setiap milimeter dari seluruh 480.000 km syaraf tersebut memiliki kemampuan yang kuat untuk saling terhubung dengan alam semesta, dengan orang yang terpisah darinya. Sehingga untuk mengikis rasa cemas, khawatir, sedih, dan yang lainnya hanya dibutuhkan sedikit kepercayaan antara keduanya. Sama halnya dengan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, Tuhan yang bahkan tak pernah ditemuinya, dan ternyata lebih dekat dari urat nadinya, yang kita butuhkan adalah kepercayaan atau iman.

Maka seandainya saja kita ambil secara random, seorang anak terpisah dari ayah dan ibunya sejauh 14.157 km, yaitu sejauh 2.768 jam perjalanan darat dan laut dilakukan, yang ternyata sejauh 7/20 keliling bumi, yang ternyata sebesar 35% dari keliling bumi, yang ternyata hanya sejauh 0.02949375 dari panjang urat syaraf otak manusia. Dan ya, hanya sedekat itulah rupanya jarak yang tercipta antara sebuah daerah bernama Antapani, Bandung, Indonesia dengan daerah lain yang bernama Herningvej, Aalborg, Denmark.


Sumber :
https://goo.gl/L1HvbM
https://goo.gl/jt76fg
https://goo.gl/DJKhG1
https://goo.gl/W8IqUW
https://goo.gl/XbvMeo

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------




BATAS DAN JARAK














Tak ada yang lebih dekat
Kecuali Tuhan yang melihat seluruh umat













Tak ada yang lebih mampu menempuh jauh
Kecuali doa yang terkirim sembari bersimpuh















Tak ada kekuatan kecil yang lebih niscaya
Kecuali membiarkan diri sedikit lebih percaya














Tak ada yang kuat menahan jarak yang melebar
Kecuali kau kuat untuk sedikit lebih sabar














Hingga tak ada yang lebih bahagia
Kecuali bertemu waktu untuk berjumpa...

Sunday, 28 August 2016

DUNIA AKAN LEBIH MENARIK

Halo.

Selamat hari Minggu sedunia.

Sudah dua minggu, dan akan lebih, aku tidak punya hari libur. Rasanya ini dua minggu paling produktif dalam satu tahun ini, menyelesaikan sebuah tanggung jawab besar yang sudah dipupuk selama enam tahun kurang lebih. Sampai beberapa hari lagi semuanya akan dituntaskan secara legitimate. Mudah-mudahan sampai.

Seperti yang pernah diutarakan oleh saudara Gema, ini adalah betul sebuah perjalanan spiritual. Sebuah perjalanan panjang ---sebagian orang berasumsi teralu panjang--- yang betul-betul memberikan banyak hal : perubahan, pembelajaran, ah, dua itu saja sudah sangat banyak. Akan ada banyak kejutan-kejutan di perjalanan selanjutnya. Siapkah?

Ide-ide serta berbagai macam wacana selalu terlintas dan berkelebat liar di kepalaku. Entah mimpi, harapan, tantangan, keinginan, kegilaan, keisengan, semuanya berseliweran. Terlontar ke sana kemari ibarat kembang api. Halo. Kira-kira yang mana yang harus dikejar. Yang harus diperjuangkan. Yang harus diwujudkan. Sayangnya, aku tidak terbiasa merencanakan sesuatu secara jauh dan panjang. Aku terlalu terbiasa dengan hal-hal teknis yang beradaptasi dengan waktu yang sempit, menanti kejutan-kejutan yang manis dan yang pahit. Atau hanya membungkus suatu ide besar yang gila, tanpa teknis yang detail. Setidaknya aku paham apa yang kulakukan.

Yaah, memang menurut beberapa teman ketika kita berpindah pada fase ini ke fase berikutnya akan menghasilkan beberapa pertanyaan besar tentang masa depan. Biarlah dulu, aku lebih suka berdiam diri dan mencerna sendiri sambil berpikir lama. Biarlah dulu, sementara ini kunikmati dengan syahdu perasaan bahagia ini. Begitu bahagia hingga meledak ke mana-mana. Biarlah dulu, aku hanya ingin duduk bersantai di atas sebuah pohon, disapu angin semilir, disirami terang mentari yang teduh, dihujani dedaunan kecil yang gugur perlahan.

Sekali lagi, selamat hari Minggu sedunia.

Semoga segalanya menjadi lebih menarik, yeah!

:))

Sunday, 7 August 2016

HALLO BANDOENG

Pada suatu malam yang begitu dalam, ada begitu banyak pemikiran dan perasaan yang bercampur mendatangi kita. Satu dan lainnya bermunculan tak beraturan, saling meletup untuk bisa mendapatkan perhatian kita. Begitulah yang terjadi padaku malam ini, didatangi begitu banyak hal di kepala, sehingga kuputuskan harus menulis sesuatu agar aku tetap waras.

Tapi tak juga kutemui sebenarnya apa yang akan kutulis, hingga akhirnya pilihan datang ketika malam semakin gelap dan setitik cahaya bisa begitu sangat berharga. Entah mengapa yang kubahas kemudian adalah ini, tapi rasanya sejak pertama kali mendengarnya aku selalu merasakan sebuah perasaan yang dalam, pada sebuah cerita kecil yang haru biru. Sedikitnya, rasanya hatiku beririsan dengan kisah ini.

Wieteke van Dort. Darinya lah pertama kali kudengar kisah ini, walaupun yang pertama kali menyanyikannya adalah Mas Willy Derby, tapi dari van Dort lah aku mendengarnya hingga jatuh cinta. Kau cari saja sendiri siapa mereka itu, okey.

Entah siapa pengarangnya, diciptakan pada tahun 1929. Betapa pilu, mengetahui bagaimana jarak, ruang, dan ternyata juga waktu dapat memunculkan kepiluan, kerinduan yang tampak begitu besar bahkan tanpa sebuah pertemuan yang pernah terjadi. Ah, mau tulis apalagi, kau harus cari tahu sendiri tentang cerita di balik cerita ini. Kuberikan kisah ini padamu dari liriknya. Judulnya,

Hallo Bandoeng
(Dutch)

‘t Oude moedertje zat bevend
Op het telegraafkantoor
Vriend’lijk sprak de ambt’naar
Juffrouw, aanstonds geeft Bandoeng gehoor
Trillend op haar stramme benen
Greep zij naar de microfoon
En toen hoorde zij, o wonder
Zacht de stem van hare zoon

refrain :
“Hallo! Bandoeng!”
“Ja moeder hier ben ik!”
“Dag liefste jongen”, zegt zij met een snik
“Hallo, hallo!
Hoe gaat het oude vrouw?”
Dan zegt ze alleen:
“Ik verlang zo erg naar jou!”

Lieve jongen, zegt ze teder
Ik heb maandenlang gespaard
‘t Was me om jou te kunnen spreken
M’n allerlaatste gulden waard
En ontroerd zegt hij dan:
“Moeder Nog vier jaar, dan is het om
Oudjelief, wat zal ‘k je pakken
Als ik weer in Holland kom!”

refrain :
“Jongenlief”, vraagt ze, “hoe gaat het Met je kleine bruine vrouw?”
“Best hoor”, zegt hij, “en we spreken
Elke dag hier over jou
En m’n kleuters zeggen ‘s avonds
Voor het slapen gaan een gebed
Voor hun onbekende opoe
Met een kus op jouw portret”

refrain :
“Wacht eens, moeder”, zegt hij lachend ”
‘k Bracht mijn jongste zoontje mee”
Even later hoort ze duidelijk
“Opoe lief, tabeh, tabeh!”
Maar dan wordt het haar te machtig
Zachtjes fluistert ze:
“O Heer Dank dat ‘k dat heb mogen horen…”
En dan valt ze wenend neer

“Hallo! Bandoeng!”
“Ja moeder hier ben ik!”
Ze antwoordt niet.
Hij hoort alleen ‘n snik
“Hallo! Hallo!…” klinkt over verre zee
Zij is niet meer en het kindje roept: “Tabeh”


Hallo Bandoeng
(Indonesia)

Perempuan tua itu duduk gemetar di kantor telegraf
Dengan ramah petugas operator berkata:
”Ibu, sudah tersambung dengan Bandung”
Dengan kaki yang kaku dan gontai, dia berdiri meraih mikrofon
Dan saat itu pun, oh sungguh mengagumkan,
Dia mendengar suara lembut anak lelakinya


Refrain :
Halo! Bandung!
Ya bunda, aku di sini!
Salam anakku sayang, katanya dengan menahan tangis
Halo, halo!
Apa kabarnya, bunda?
Dengan suara lirih dia menjawab:
Aku sangat merindukanmu, nak!


Sayang, dia bertanya, apa kabarnya dengan isterimu yang berkulit sawo matang?
Baik-baik saja, bu, katanya, dan kami membicarakan ibu setiap hari di sini
Dan anak-anak mengucapkan doa malam sebelum tidur
Untuk opung (nenek) yang belum mereka jumpai
Dengan mencium potretmu


”Tunggu sebentar, bunda”, katanya sambil tergelak
“Aku akan memanggil anakku yang paling bungsu”
Tak lama kemudian terdengarlah dengan jelas:
Opung (nenek) tersayang, tabeh, tabeh!”
Tak tertahankan hatinya mendengarnya, ia pun berbisik lembut kepada Tuhan
Terima kasih Tuhan, Engkau telah mengizinkan aku mendengarkan
Dan kemudian ia jatuh bersimpuh sambil menangis


Halo! Bandung!
Ya bunda, aku di sini!
Dia tidak menjawab
Hanya terdengar isak tangis
Hallo! Hallo! Terdengar suara klik di seberang lautan
Dia sudah tiada saat putranya berseru: Tabeh!

Friday, 22 July 2016

MUNGKIN TANPA JUDUL

Anginnya bukan tak ada, bahkan bertiupnya cukup kencang, namun baginya tak terasa. Di sekelilingnya embun-embun mulai terbentuk bertengger sunyi di rerumputan, namun baginya tak terasa. Jauh di sana, anjing-anjing hutan pada melolong, memecah malam yang diam-diam gelap, namun baginya tak terdengar. Malam terasa olehnya saat itu hanyalah gelapnya, dari ujung belakang hingga ke ujung depan, dari ujung kanan hingga ke ujung kiri. Maka di sana dua anak duduk, dua anak yang duduk terdiam di tengah dunia.

Seekor burung hantu, di atas sebuah dahan mengamati tengah dunia ini dalam diam.

-

Seorang anak lelaki, Contem (baca : Kontem) namanya. Duduk ia di tengah dunia malam itu, bersama kawannya yang sangat suka bertanya, namanya Plore, yang juga seorang anak lelaki seumuran Contem dengan rupa wajah yang sekilas mirip.

Plore memiliki berbagai macam pertanyaan yang tak terhingga di dalam kepalanya yang tertutupi rambut tebal dan hitam, namun sayang, ia tak pernah punya jawaban dari seluruh pertanyaannya. Ia hanya mengenal pertanyaan. Contem, anak lelaki di satunya, adalah seorang pendiam yang tak punya satupun pertanyaan maupun jawaban. Namun Contem adalah seorang pemikir yang dengan alis tebalnya ia berpikir sembari mengernyit . Di tengah dunialah mereka malam itu berada.

Plore adalah seorang Plore, bertanya ia pada kawannya, "Contem?"

"Contem?", Contem mengernyitkan dahinya, alisnya tebalnya merapat ke tengah, "Ya, Plore, tentu saja aku Contem."

"Tidakkah kau bingung?", tanya Plore kemudian.

"Bingung?", Contem mengernyitkan dahinya, alisnya tebalnya merapat ke tengah, "Ya, Plore, tentu saja aku bingung, aku memikirkan jawaban pertanyaanmu yang entah mebahas tentang bingung akan hal apa."

"Apakah mungkin? Adakah kemungkinan?", tanya Plore kemudian.

"Mungkin?", tentu saja sambil mengernyitkan dahinya Contem menjawab, "Ploreku, kawanku, aku-ku, bahkan pertanyaanmu barusan telah melahirkan banyak sekali kemungkinan mengenai hal apa yang kau maksudkan dengan pertanyaan apakah mungkinmu itu. Kau bisa saja berlari ke tengah hutan sana, dan mungkin kau akan kembali, atau mungkin juga tidak. Aku mungkin juga bisa berlari ke tengah hutan sana, stop, atau tidak mungkinkah? Kita bisa saja berburu untuk makan, tapi mungkin kita tak mendapatkan apapun, atau mungkin kita bisa memiliki seluruh isi hutan itu dan berkuasa atasnya. Kau sangat cerdas, kawan."

"Tidakkah kau cemas, khawatir, atau takut, Contem?", tanya Plore kemudian.

"Aku, sobat, aku selalu bodoh dan berulang, kebodohanku selalu membawaku pada bagian tengah dunia ini, membawaku bertemu denganmu untuk mendengarkanmu dan berpikir tentang segala hal. Cemas dan khawatir, kurasa keduanya lahir dari sesuatu yang tidak kita tahu, selalu kita tunggu, namun kita tak pernah tahu atau belum tahu hingga saatnya. Ketidaktahuanku tentang segala hal seringkali membuatku cemas dan khawatir, bahkan ketika aku tak mengerti apa yang kau tanyakan, aku mulai cemas dan khawatir terhadapmu, haha," jelas Contem pada sahabatnya.

"Apakah menurutmu aku mulai gila???" Plore bertanya cepat, sebuah respon karena ia tidak tahu dan itu membawa sebuah rasa cemas dan khawatir.

Sebuah pertanyaan, Contem harus menjawabnya, "Tentu tidak, kawan. Aku hanya bergurau, kau cerdas dan brilian!"

"Lalu tentang takut?", tanya Plore kemudian.

"Takut?". masih dengan cara sama ia berpikir, "Takut lahir dari hal yang berbeda. Ketakutan lahir dari apa yang sudah kita ketahui, dan umumnya, kurasa, selalu terasa buruk bagi kita. Ketakutan adalah anak dari perkawinan tunggal antara cemas dan khawatir, yang disebabkan oleh kemungkinan terjadinya sesuatu yang membuatmu takut. Kurang lebih demikian kurasa."

"Contem, apa itu harapan?", tanya Plore kemudian.

"Harapan, adalah cahaya, setidaknya bagi kita. Dengan memiliki harapan, kita melawan rasa cemas dan khawatir yang akan sangat lama memberikan kita ketakutan di berbagai kemungkinan-kemungkinan di masa depan. Namun harapan bukan untuk dilakukan, melainkan diperjuangkan, rasanya begitu", jelas Contem.

"Satu lagi untuk malam ini. Contem, apakah itu lingkaran?", tanya Plore kemudian.

"Lingkaran???", seperti Contem biasanya, ia menjawab, "Lingkaran adalah ketika atas berarti bawah, dan bawah berarti sebaliknya pula. Adalah ketika kanan berarti kiri, atau kiri berarti sebaliknya. Lingkaran ketika aku adalah kau, atau kau adalah aku, di sisi sebaliknya."

"Baiklah", singkat jawab Plore. Jawab Plore. Jawab.....Plore.

Sejenak terjadi keheningan. Keduanya terdiam dalam diamnya masing-masing.

Tak lama, Contem terlihat mulai mengernyitkan dahinya, lebih dari biasanya, hingga kedua alis tebalnya seolah-olah hampir bertemu. Jari jemarinya mulai bergetar. Nafasnya sedikit demi sedikit mulai tersengal. Butiran keringat mulai timbul di sekitar wajah dan dahinya.

"Plore. Apakah aku gila???", tanya Contem kemudian.

"Mungkin," jawab Plore, "Mungkin nanti. Mungkin aku juga. Jangan takut, kita tak perlu cemas atau khawatir, mari berharap kita tak akan gila"

Dan bangkitlah mereka berdua dari duduk malamnya, Lalu mulai berjalan ke dalam hutan yang mengelilingi tempat mereka duduk. Membiarkan kaki mereka tetap melangkah. Menjaga agar keduanya tetap waras dan bergerak ke bagian tengah dunia yang bisa di mana saja. Di tengah kegelapan yang berkepanjangan.

-


Anginnya bukan tak ada, bahkan bertiupnya cukup kencang, namun baginya tak terasa. Di sekelilingnya embun-embun mulai terbentuk bertengger sunyi di rerumputan, namun baginya tak terasa. Jauh di sana, anjing-anjing hutan pada melolong, memecah malam yang diam-diam gelap, namun baginya tak terdengar. Malam terasa olehnya saat itu hanyalah gelapnya, dari ujung belakang hingga ke ujung depan, dari ujung kanan hingga ke ujung kiri. Maka di sana seorang pria duduk, seorang pria yang duduk terdiam di tengah dunia. Sendirian.

Seekor burung hantu, di atas sebuah dahan mengamati tengah dunia ini dalam diam. Dilihatnya pria itu terdiam lama bermenung. Hingga kemudian pria itu beranjak dari duduknya dan mulai berjalan ke dalam hutan yang sedari tadi mengelilinginya hingga hilang di kegelapan.

Seekor burung hantu lalu terbang meninggalkan dahannya.

-

-



Judul :

DIALOG KONTEMPLASI

-

-

Wednesday, 13 July 2016

SURAT KE EROPA

Pada setiap kota-kota yang besar,
dan kota-kota yang kecil
Kepada masing-masing maester di dalamnya
Burung-burung gagak beterbangan, membawa gulungan pesan
Kepada para maester yang menunggu hingga terang lilin pudar

Kemudian kubiarkan tintaku tumpah
Di atas ratusan kertas kecil yang tergulung,
lalu tersemat erat pada sebelah ratusan kaki gagak hitam
Kuterbangkan jauh hingga di atas langit Eropa
Biarlah hinggap entah di mana

Selamat malam, maester-maester seluruh Eropa
Terimalah gagak hitamku dan biarkan pesanku tersebar ke penjurunya
Hingga bergaung dalam bisik-bisik yang tua dan yang muda
Tentang sebuah pesan masif yang datang jauh dari Asia
Sebuah bisik pendek penuh lara,
yang hanya berkata :

"Di mana Engkau berada?"

Sunday, 15 May 2016

SISI HITAM LAINNYA

Mei, 15. 2016.

Aku tengah dirundung kesedihan malam ini
Dipenuhi oleh kekecewaan atas diriku sendiri
Ketika rasanya seluruh dunia bersekutu melaknat
Hitam yang kucintai sejak lama, kali ini menggulungku pekat

Teralu takut mengakui kebenaran di persimpangan
Dipenuhi hujatan pemikiran yang membunuhku perlahan
Dustaku, kupelihara hingga beranak pinak

Tak kutemui sajak untuk kulukis malam ini
Ketika kulipat wajahku ke dalam lututku
Tak kutemui gelap membawa kedamaian malam ini
Ketika kutikam dadaku dan kurobek semesta isinya
Tak kutemui air mataku malam ini
Ketika ruh dalam tubuhku rasanya telah lebih dulu hancur

Sungguh, Tuhanlah yang Maha Benar
Oh, namun sungguh, kujeritkan seluruh nyawaku
Sebuah bentuk kesedihan yang lain ketika air mata bukanlah untuk orang lain
Bawalah aku hanyut bersama air bah yang menelanku bersama hitamku
Yang membawa hitam pada dua sisi yang berperang

Aku tengah dirundung kesedihan malam ini
Oleh hitam yang selalu menerangiku
Oleh terang yang kini membawaku bersedih dalam hitam yang paling dalam.

Thursday, 31 March 2016

ANAKKU, KINANTI

Selamat malam, Kinanti
Yang akan, dan telah lama dinanti
Datangmu pada malam menuju pagi
Dalammu lah yang tidak padaku, berani

Jika malam tidaklah kuat,
semoga malam menguatkanmu
Jika siang tidaklah lembut,
semoga siang melembutkanmu
Jika kabut tidaklah terang,
semoga kabut menerangimu
Jika hati tidaklah teguh,
semoga hati meneguhkanmu
Jika dunia tidaklah baik,
semoga dunia baik padamu
Jika tawa tidaklah suka,
semoga tawa adalah dirimu
Jika senyum tidaklah manis,
kaulah senyum manis itu

Jika mata enggan menutup,
biar kututup untukmu mataku

Selamat malam, anakku,
Kinanti

Monday, 29 February 2016

KARENA DANILLA

Alih-alih menemui skripsi
Bermenung aku bersama Danilla dalam telisik
Yang bicara lewat nada-nada
Kalau didengar akan masuk dari jalan telinga
Lalu naik ke kepala, kemudian turun rasanya di sekitar dada

Rasanya dulu dengar nada-nada yang salah
Yang ternyata pernyataan sesat atau salah
Karena kata menyatakan suatu pemikiran yang menggiring
Bila saja aku tidak bodoh dan pandai memilah yang miring
Bila saja Danilla ada malam itu dalam nada tanpa kata
Nada yang rasanya jauh lebih jujur dan dekat ke dada
Dadaku sendiri,
kepalaku sendiri,
pikiranku sendiri,
kata hatiku sendiri tentu,
tentu aku tidak lari ke sini dan bersedih bermenung

Kemarilah sepeda terbangku
Temani aku menemui sinarnya malam ini
Dalam kegelapan yang kucintai sepanjang masa.

Friday, 29 January 2016

ALANG : SI ANAK MALANG

Pada suatu masa, hiduplah seorang anak laki-laki bersama ayahnya yang miskin. Anak malang tersebut, pada masa itu hidup tanpa ibu, hanya bersama ayahnya, karena oh karena sang ibu sudah lama pergi meninggalkan mereka, untuk pergi ke pasar emnjual singkong keju hasil curian. Sudah dua puluh tujuh koma lima menit si ibu pergi.

Pada masa selanjutnya, yaitu esok harinya. Si anak malang tersebut, yang ialah anak bernama Alang (akronim anak malang), harus pergi ke sekolah menuntut ilmu.

("Woyyy!!! Mana ilmu aing? Kadieukeun!!!" atau "Saudara Ilmu, anda saya tuntut!!")

Alang adalah anak yang rajin. sudah dari pukul 02.00 dini hari ia bangun untuk siap-siap berangkat ke sekolah. Ia mandi (besar, gayungnya....) lalu sahur. Dari jam tiga ia sudah mulai berangkat ke sekolah. Ia pamit pada ayahnya, tapi tidak pada ibunya, karena ibu belum pulang. Dari jualan singkong keju kemarin. Karena Alang anak soleh, ia tetap harus pamit pada bunda, walau tidak secara langsung. Maka ia SMS bundanya itu :

"Mah, Alang otewe skul, ya"

Ibunya membalas SMS Alang :

"Jangan SMS. BBM aja, Lang"

Maka Alang BBM si ibu :

"Mah, Alang otewe skul, ya"

Ibunya membalas BBM dari Alang :

Nitip dahar (makan), Lang. Endog (telur) we. Padang nya"

Maka Alang membalas BBM sang ibu :

"Oke. Love you, Mah <3 p="">

Si ibu? BBM Alang hanya di-read.

Alang sedih. Tapi tetap harus sekolah. Iapun keluar rumah, malangnya anak miskin ini. Ia nyalakan sepeda motornya untuk berangkat ke sekolah. Motornya HONDA. HONDA CB 250. Dapat maling di kedai kopi pinggir jalan.

Maka Alang pun melesat di jalanan dini hari yang sepi. Dengan kecepatan rata-rata 140 km/jam Alang mengemudikan motornya sambil berlinang air mata. Bukan karena BBM-nya yang hanya di-read oleh sang ibu. Tapi karena Alang tidak pakai helm. Coba bayangkan, dengan kecepatan rata-rata 140 km/jam, angin akan............ Oke.

Setelah kurang lebih tiga jam setengah Alang memacu motornya, yang artinya sudah sekitar jam 06.30 pagi, Alang masih belum menurunkan kecepatannya yang melesat seperti "ssssshhhaaaaaattttttt!!!!". Dalam deru angin berpacu Alang berseru dengan lantang,

"Sialan!! Sial! Sial!", dan kemudian meningkatkan kecepatan rata-rata motornya menjadi sekitar 141,5 km/jam.

Hmmm....

Setelah tujuh jam berkendara seperti setan kemasukan orang, yang mana artinya sudah jam 10.00 pagi. Yang artinya Alang sangat-sangat-sangat-sangat-sekali lagi dong-sangaatttttt terlambat sampai di sekolah.

BAGAIMANA TIDAK, KAWAN-KAWAN??!!

RUMAH ALANG DI SUKABUMI!!!

SEKOLAH ALANG DI SOLO!!!!!!!!!!

SOLO!!!! MEN!

Tidak! Alang bukan anak yang rajin, kawan-kawan!! Lihat bagaimana ia terlambat ke sekolah! Sungguh bukan contoh yang baik!

Maka apa selanjutnya?

Alang tidak masuk sekolah hari itu, karena tidak boleh masuk sekolah terlambat. Toleransi paling lambat adalah jam 09.55, apalagi jam 10.00!!!!

Akhirnya Alang pun memutuskan untuk nongkrong di luar sekolah, merasa capek setelah tujuh jam berkendara Sukabumi-Solo. Alang nongkrong hingga jam 16.00 sore. Setelah itu baru ia pulang lagi ke Sukabumi, dan baru sampai di rumah jam 23.00 malam.

Itu teralu melelahkan, kawan. Dia butuh tidur. Maka ia tidur selama tiga jam untuk kembali bangun jam 02.00 dan siap-siap untuk pergi ke sekolah. Untuk kemudian berkendara seperti sapi yang kemasukan rudal dan terbawa terbang selama tujuh jam ke sekolah. Untuk kemudian datang terlambat di sekolah. Untuk kemudian nongkrong di warung hingga sore. Untuk kemudian berkendara tujuh jam lagi ke Sukabumi.

Begitulah siklus tersebut berlangsung selama lima tahun ia di SMA di Solo, dua tahun tidak naik kelas.

Lalu untuk apa????????????

Untuk kemudian dia di-Drop Out dari sekolah karena nilainya nol semua.

Lalu, selanjutnya?

Pada tahun monyet, Alang wafat karena kecelakaan lalu lintas. Innalillahi. Dalam sebuah surat kabar tertulis sebagai headline news bahwa tim forensik menyatakan bahwa :

SEORANG PELAJAR MENINGGAL DUNIA KARENA KECELAKAAN. 
Kuat dugaan, karena mengemudi dengan kecepatan tinggi dalam keadaan mengantuk karena kurang tidur selama lima tahun.


.
.
.
.
.
.
.

Bodo amat!!!!

TAMAT.


*NB : cerita ini datang, ke benak saya, seketika saja, ketika saya disalip oleh anak sekolah ugal-ugalan yang ngeselin, beungeutnya ngeselin, ga enakeun liatnya.

WAKTU PPL

Duhai merpati
Aku rindu mereka
Kawan-kawanku
Yang lugu lagi ceria
Yang lucu lagi gila
Yang baik lagi setia
Yang dihujat orang lagi setia
Yang muda lagi berani
Yang jauh lagi dekat
Yang lagi jauh dan membuatku begitu merindu sendu lagi membiru

Tuhanku yang Maha Baik lagi Maha Pengasih Penyayang,
Izinkan aku injak cium Bandungku Sabtu ini

Thursday, 7 January 2016

SEBUAH CERITA SENJA

Pada zaman dulu. Dulu sekali sebelum masehi. Saking dulunya, aku sendiri bingung. Hiduplah seorang anak bersama ayahnya di atas sebuah bukit di belahan dunia bagian timur, timurnya barat. Anak tersebut bisa laki-laki, bisa juga perempuan. Maka bertanyalah anak itu kepada ayahnya dengan sedih, pertanyaan yang sama yang ada di benakku,

"Wahai, Ayah. Ke manakah ibuku?"

Dijawab oleh sang ayah, "Itu, ibu di dapur. Sedang memasak."

"Oh,"  jawab si anak itu.

Maka hiduplah mereka bertiga di atas bukit tersebut, bertiga. Harmoni cinta.

Sebut saja lima belas tahun telah berlalu. Anak itupun sudah tumbuh dewasa. Karena aku bingung membuat ceritanya, mari kita samakan persepsi. Anak itu bernama Angka. Perempuan atau laki-laki ya? Nama lengkapnya, Semangka. Seorang anak muda dengan tubuh bulat dan berwajah ceria, selalu tampak berseri-seri.

Di bukit yang hanya bertiga itu, Angka memiliki seorang sahabat erat yang bernama Ngurub Utnah, seekor burung hantu yang biasa dipanggil Engur. Mereka mulai menjadi sahabat sejak minggu yang lalu. Persahabatan mereka berjalan satu arah komunikasi sampai saat ini, dikarenakan Engur masih belum bisa menguasai bahasa manusia sama sekali. Angka selalu mengutarakan segala keluh kesahnya kepada Engur, dan Engur selalu setia mendengarkan. Kemanapun mereka pergi pasti selalu berdua, Engur selalu bertengger di bahu Angka.

Suatu siang yang cengdem, menceng tapi adem, keduanya sedang asyik bercengkrama di atas sebuah pohon di puncak bukit itu. Menikmati pemandangan ayah Angka yang sedang menikmati pemandangan indah di bawah bukit.

Angka : "Ngur, kamu tahu tidak ayahku sedang apa?"

Engur : 

Angka : "Ayah sedang tidak galau."

Engur :

Angka : "Sekarang, kamu tahu aku sedang apa?"

Engur :

Angka : "Aku yang sedang galau, Ngur. Benakku dipenuhi oleh banyak pertanyaan yang mengganjal."

Engur :

Angka : "Aku kasih kamu tahu deh, ya, aku sedang dipenuhi oleh pertanyaan yang semuanya sama, yaitu, "Apa itu cinta?""

Engur : *mengeluarkan kotoran dari bagian belakang tubuhnya

Angka : "Apa maksudmu, Ngur?"

Engur : *memutar kepalanya 180 derajat

Angka : "Hmmm..."

Engur : *mematuki tangkai tempatnya bertengger

Angka : "Aku menjadi sedikit bingung mendengar pendapatmu. Tapi, Ngur..."

Engur : *tuk..tuk..tuktuk......tuktuk..tuk

Angka : "Ah, kau benar juga. Mungkin aku hanya gila, melankolia teralu lama berselimut bersamaku."

Engur : *tiba-tiba saja mengepakkan sayapnya lalu terbang menjauh ke arah bawah bukit

Angka : "ENGUR!!!!!!!!!"

Engur : *terbang makin jauh

Angka : "NITIP TEH GELAAASSSSSSS!!!!!"

Engur : *manuver berputar 360 derajat

Angka : "DUAAAAAAAAAAAAAA, NGURR!!!!!!!!!!!!!!!!!!"


Sejak saat itu, Ngurub Utnah tak pernah kembali lagi ke sisi Semangka. Entah apa yang ada di pikiran Ngurub Utnah pada saat memutuskan untuk meninggalkan sahabat baiknya itu. Hanya satu hal yang bisa kuceritakan, terakhir dari cerita ini. Pada akhir senja itu, di bawah pohon, di atas tanah merahnya, dengan sepotong ranting Semangka menulis sebuah sajak :

[TENTANG CINTA]

[Cinta hanya sebuah tanda tanya
Dan akan tetap menjadi sebuah tanda tanya
Sungguh benar dikata kawanku Ngurub Utnah
"Usah kau bermenung, cinta adalah yang penting kamu bahagia, Semangka, dalam hati."
Maka pada ayah dan ibuku aku kembali.]


Malam itu, turun hujan yang lebat tiada dua. Menyebabkan erosi-erosi kecil di bukit tua.

Sajak curahan hati Semangka pun hilang sudah disapu hujan.

Semangka tertidur makin pulas setelah berkata, "Hujan. Ngeunah sare euy ieu mah."

Sebuah senyum lugu terlukis di antara dua pipinya yang bulat.

Sunday, 3 January 2016

BIAR MENJADI-JADI

Biarlah jika tidak menjadi tampan
Biarlah tidak menjadi kaya meraya
Biarlah hujan dan badai datang bersama

Asal tetap aku menjadi aku
Hingga hanya aku yang jadi menjadi-jadi.