Di atas tanah yang jauh ini
Tak terpikir apa yang akan kutulis
Adalah rembulan yang diam di sini berbayang
Adalah aku yang diam di sini berpangku
Tuesday, 22 October 2013
Tuesday, 1 October 2013
JELAGA UNTUKMU
Dua menjelang Tiga
Kau hitungkah, selama itu kita menjalin
Berkali sudah camar berpindah hinggap
Sejauh itu sudah kita menempuh
Dua menjelang Tiga
Sebutlah aku sebuah jelaga
Berisi ragam jenis warna yang kaya
Maka dengan kwas terbaik kuwarnaimu
Dengan sejuta warna paling memikat
Dua menjelang Tiga
Sepenuh peluh kutorehkan warna-warnaku
Memberimu sebuah makna seindah kubisa
Kucucurkan perjuangan kita agar mengakar
Dua menjelang Tiga
Aku beri kau sejuta indah warna
Aku sembahkan kau sebagai estetika pusaka
Aku hanya meragu, sudahkah kau bahagia dengan semua itu?
Bak seekor biduan yang sendu melagu ragu
Aku melolong sepanjang gelapku
Bergulung dengan satu kecemesan
Kutakutkan aku tak mengukir makna "kebahagiaan" buatmu
Kutakutkan aku tak mengukir makna "kebahagiaan" buatmu
Dua menjelang Tiga
Ampunkan aku maafmu dan lembutlah
Gandes dan luweslah, cinta
Biar aku tetap memberimu warnaku yang kaya
Lalu bertahanlah, pada waktu, hingga "kebahagiaan" datang dari jelagaku untukmu
Dua menjelang Tiga
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Dan tahun-tahun yang berlalu seterusnya
Bertahanlah denganku dalam damai.
-Imp & Laraso-
Kau hitungkah, selama itu kita menjalin
Berkali sudah camar berpindah hinggap
Sejauh itu sudah kita menempuh
Dua menjelang Tiga
Sebutlah aku sebuah jelaga
Berisi ragam jenis warna yang kaya
Maka dengan kwas terbaik kuwarnaimu
Dengan sejuta warna paling memikat
Dua menjelang Tiga
Sepenuh peluh kutorehkan warna-warnaku
Memberimu sebuah makna seindah kubisa
Kucucurkan perjuangan kita agar mengakar
Dua menjelang Tiga
Aku beri kau sejuta indah warna
Aku sembahkan kau sebagai estetika pusaka
Aku hanya meragu, sudahkah kau bahagia dengan semua itu?
Bak seekor biduan yang sendu melagu ragu
Aku melolong sepanjang gelapku
Bergulung dengan satu kecemesan
Kutakutkan aku tak mengukir makna "kebahagiaan" buatmu
Kutakutkan aku tak mengukir makna "kebahagiaan" buatmu
Dua menjelang Tiga
Ampunkan aku maafmu dan lembutlah
Gandes dan luweslah, cinta
Biar aku tetap memberimu warnaku yang kaya
Lalu bertahanlah, pada waktu, hingga "kebahagiaan" datang dari jelagaku untukmu
Dua menjelang Tiga
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Dan tahun-tahun yang berlalu seterusnya
Bertahanlah denganku dalam damai.
-Imp & Laraso-
TIGA TAHUN
Tiga tahun adalah sebuah interval waktu
Menorehkan jarak yang panjang bertapak
Mengisi masa yang kosong di depan
Jutaan satuan waktu jadi pijakan
Tiga tahun adalah sebuah interval waktu
Yang ternyata dalam sekejap bisa kembali muncul
Menguak satuan-satuan yang sudah terisi
Mengungkap memori seakan tanpa interval
Maka di sinilah aku sekarang
Di salah satu pijakanku yang lalu
Adalah tentang seorang wanita
Yang kutinggalkan begitu saja
Sebuah satuan yang kuisi dengan dosa
Atas sebuah rasa sakit seorang terpuja
Maka di sinilah aku sekarang
Merasa bodoh dengan tertegunku
Berat kutanyakan pada bisu
Rindukah aku padanya?
Pada gelak tawa dan cerianya
Pada kuat pukulannya di lenganku
Bagaimanapun, aku berutang padamu, wanita
Karena telah mengisi satuan-satuan waktuku
Menorehkan garis kehidupan bagi aku
Menemani aku tanpa aku temanimu dengan baik
Maka namamu tertoreh dalam prasatiku
Ampuni, biar aku kembali melihat ke depan
Melewati interval waktu kembali
Pada satuan waktuku yang tadi terhenti
Hiduplah dalam damaiNya.
Menorehkan jarak yang panjang bertapak
Mengisi masa yang kosong di depan
Jutaan satuan waktu jadi pijakan
Tiga tahun adalah sebuah interval waktu
Yang ternyata dalam sekejap bisa kembali muncul
Menguak satuan-satuan yang sudah terisi
Mengungkap memori seakan tanpa interval
Maka di sinilah aku sekarang
Di salah satu pijakanku yang lalu
Adalah tentang seorang wanita
Yang kutinggalkan begitu saja
Sebuah satuan yang kuisi dengan dosa
Atas sebuah rasa sakit seorang terpuja
Maka di sinilah aku sekarang
Merasa bodoh dengan tertegunku
Berat kutanyakan pada bisu
Rindukah aku padanya?
Pada gelak tawa dan cerianya
Pada kuat pukulannya di lenganku
Bagaimanapun, aku berutang padamu, wanita
Karena telah mengisi satuan-satuan waktuku
Menorehkan garis kehidupan bagi aku
Menemani aku tanpa aku temanimu dengan baik
Maka namamu tertoreh dalam prasatiku
Ampuni, biar aku kembali melihat ke depan
Melewati interval waktu kembali
Pada satuan waktuku yang tadi terhenti
Hiduplah dalam damaiNya.
Subscribe to:
Comments (Atom)