Malam sebelum aku mendaki
Dini hari sebelum aku mendaki
Aku, entah
Mataku enggan terpejam
Malam sebelum aku mendaki
Aku begitu kosong dan kerdil
Tidak ada yang bisa kugambarkan
Tidak ada sebarispun eksplanasi dalam benak
Dini hari sebelum aku mendaki
Segumpal daging bernama lidah ini kelu kaku
Tak ada ucap pun suara bicara
Tak ada arah ke mana titik mata memandang
Malam sebelum aku mendaki
Dini hari sebelum aku mendaki
Entah apa
Penjuru mataku mengeluarkan air mata
Air dengan sirat kesedihan dan ketakutan
Tapi tak kutemui suratan airnya
Jauh sebelum aku mendaki
Kaki yang melangkah ke atas sana
Adalah sepasang kaki dari yang ingin
Menemui titik nutfah mikro manusia
Adalah sepasang kaki dari yang ingin
Menemui agungnya zat tak kasat bergelar Tuhan
Menemui karyanya atas bukti kehadiratNya
Memenuhi jalanku mengenal kekerdilan manusia
Malam sebelum aku mendaki
Dini hari sebelum aku mendaki
Terhitung empat tetes air mata ini
Kusembahkan untuk Tuhanku
Kusembahkan untuk Ayah, Ibu, dan Adikku serta keluargaku
Kusembahkan untuk Guru-guru dan seluruh sahabat-sahabatku
Kusembahkan untuk aku yang dulu masih kecil
Kemudian untuk tetesan-tetesan yang jatuh berikutnya
Kusembahkan untuk dosa-dosa yang kugunungkan di bahuku
Kusembahkan untuk sebuah negara bernama Indonesia
Kusembahkan untuk sebuah keluarga bernama Kridaya atas segala hutang budiku
Kusembahkan untuk ketakutan-ketakutan yang berbayang
Kusembahkan untuk kesedihan dan kepedihan orang-orang atasku yang juga bersedih
Kusembahkan untuk seorang wanita yang kucinta dengan nama Bulan
Kemudian untuk satu tetes terakhir, sebelum ia mengering...
Untuk tanah, yang melahirkanku
Dan untuk tanah, yang kemudian menerimaku kembali ke dalamnya
Dalam ketiadaan
Dalam kenangan yang mungkin usang
Maka berserahlah aku kepada jalanku.
Tuesday, 31 December 2013
Tuesday, 24 December 2013
TAK ADA TITIK PADA KEKOSONGAN
Adakah engkau punya kaki tak menapak
Karena aku punya kaki tapi bumi tak kurasa
Adakah engkau punya pikir tapi tak berisi
Karena aku berpikir tentang kosong yang kekosongan
Tak ada batas atas apa yang terjadi
Batas ruang dan waktu bias oleh penafian
Sehingga aku liar tak terpenjara musafir dunia
Tapi aku juga tidak hidup mengembara ke tak berbatas
Lalu di manakah aku sekarang
Karena inilah ruang hampa udara
Hampa ruang waktu dan aneka dimensi
Tapi sungguh waktu hanya tak terlihat
Dimensi nyata yang bias karena waktu sudah berputar
Penuh satu lingkaran tanpa memenuhi hak jasad
Sementara jiwa tidak hidup dan tidak mati
Tidak ada satu titik pun dalam kosong atau tiada
Maka adakah sinarmu membias padaku
Memberi sedikit api yang panas
Menarik nyawaku menyatu dengan jasad kembali
Karena kau mutlak air sebagai kehidupan
Seandainya tidak
Maka biarlah aku berbaring bersama mata tertutup
Memenuhi hak jasad
Membuang ketidakwarasan
Air Sang Rembulan.
-Ingin tidur
Karena aku punya kaki tapi bumi tak kurasa
Adakah engkau punya pikir tapi tak berisi
Karena aku berpikir tentang kosong yang kekosongan
Tak ada batas atas apa yang terjadi
Batas ruang dan waktu bias oleh penafian
Sehingga aku liar tak terpenjara musafir dunia
Tapi aku juga tidak hidup mengembara ke tak berbatas
Lalu di manakah aku sekarang
Karena inilah ruang hampa udara
Hampa ruang waktu dan aneka dimensi
Tapi sungguh waktu hanya tak terlihat
Dimensi nyata yang bias karena waktu sudah berputar
Penuh satu lingkaran tanpa memenuhi hak jasad
Sementara jiwa tidak hidup dan tidak mati
Tidak ada satu titik pun dalam kosong atau tiada
Maka adakah sinarmu membias padaku
Memberi sedikit api yang panas
Menarik nyawaku menyatu dengan jasad kembali
Karena kau mutlak air sebagai kehidupan
Seandainya tidak
Maka biarlah aku berbaring bersama mata tertutup
Memenuhi hak jasad
Membuang ketidakwarasan
Air Sang Rembulan.
-Ingin tidur
Tuesday, 22 October 2013
SEPOTONG
Di atas tanah yang jauh ini
Tak terpikir apa yang akan kutulis
Adalah rembulan yang diam di sini berbayang
Adalah aku yang diam di sini berpangku
Tak terpikir apa yang akan kutulis
Adalah rembulan yang diam di sini berbayang
Adalah aku yang diam di sini berpangku
Tuesday, 1 October 2013
JELAGA UNTUKMU
Dua menjelang Tiga
Kau hitungkah, selama itu kita menjalin
Berkali sudah camar berpindah hinggap
Sejauh itu sudah kita menempuh
Dua menjelang Tiga
Sebutlah aku sebuah jelaga
Berisi ragam jenis warna yang kaya
Maka dengan kwas terbaik kuwarnaimu
Dengan sejuta warna paling memikat
Dua menjelang Tiga
Sepenuh peluh kutorehkan warna-warnaku
Memberimu sebuah makna seindah kubisa
Kucucurkan perjuangan kita agar mengakar
Dua menjelang Tiga
Aku beri kau sejuta indah warna
Aku sembahkan kau sebagai estetika pusaka
Aku hanya meragu, sudahkah kau bahagia dengan semua itu?
Bak seekor biduan yang sendu melagu ragu
Aku melolong sepanjang gelapku
Bergulung dengan satu kecemesan
Kutakutkan aku tak mengukir makna "kebahagiaan" buatmu
Kutakutkan aku tak mengukir makna "kebahagiaan" buatmu
Dua menjelang Tiga
Ampunkan aku maafmu dan lembutlah
Gandes dan luweslah, cinta
Biar aku tetap memberimu warnaku yang kaya
Lalu bertahanlah, pada waktu, hingga "kebahagiaan" datang dari jelagaku untukmu
Dua menjelang Tiga
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Dan tahun-tahun yang berlalu seterusnya
Bertahanlah denganku dalam damai.
-Imp & Laraso-
Kau hitungkah, selama itu kita menjalin
Berkali sudah camar berpindah hinggap
Sejauh itu sudah kita menempuh
Dua menjelang Tiga
Sebutlah aku sebuah jelaga
Berisi ragam jenis warna yang kaya
Maka dengan kwas terbaik kuwarnaimu
Dengan sejuta warna paling memikat
Dua menjelang Tiga
Sepenuh peluh kutorehkan warna-warnaku
Memberimu sebuah makna seindah kubisa
Kucucurkan perjuangan kita agar mengakar
Dua menjelang Tiga
Aku beri kau sejuta indah warna
Aku sembahkan kau sebagai estetika pusaka
Aku hanya meragu, sudahkah kau bahagia dengan semua itu?
Bak seekor biduan yang sendu melagu ragu
Aku melolong sepanjang gelapku
Bergulung dengan satu kecemesan
Kutakutkan aku tak mengukir makna "kebahagiaan" buatmu
Kutakutkan aku tak mengukir makna "kebahagiaan" buatmu
Dua menjelang Tiga
Ampunkan aku maafmu dan lembutlah
Gandes dan luweslah, cinta
Biar aku tetap memberimu warnaku yang kaya
Lalu bertahanlah, pada waktu, hingga "kebahagiaan" datang dari jelagaku untukmu
Dua menjelang Tiga
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Dan tahun-tahun yang berlalu seterusnya
Bertahanlah denganku dalam damai.
-Imp & Laraso-
TIGA TAHUN
Tiga tahun adalah sebuah interval waktu
Menorehkan jarak yang panjang bertapak
Mengisi masa yang kosong di depan
Jutaan satuan waktu jadi pijakan
Tiga tahun adalah sebuah interval waktu
Yang ternyata dalam sekejap bisa kembali muncul
Menguak satuan-satuan yang sudah terisi
Mengungkap memori seakan tanpa interval
Maka di sinilah aku sekarang
Di salah satu pijakanku yang lalu
Adalah tentang seorang wanita
Yang kutinggalkan begitu saja
Sebuah satuan yang kuisi dengan dosa
Atas sebuah rasa sakit seorang terpuja
Maka di sinilah aku sekarang
Merasa bodoh dengan tertegunku
Berat kutanyakan pada bisu
Rindukah aku padanya?
Pada gelak tawa dan cerianya
Pada kuat pukulannya di lenganku
Bagaimanapun, aku berutang padamu, wanita
Karena telah mengisi satuan-satuan waktuku
Menorehkan garis kehidupan bagi aku
Menemani aku tanpa aku temanimu dengan baik
Maka namamu tertoreh dalam prasatiku
Ampuni, biar aku kembali melihat ke depan
Melewati interval waktu kembali
Pada satuan waktuku yang tadi terhenti
Hiduplah dalam damaiNya.
Menorehkan jarak yang panjang bertapak
Mengisi masa yang kosong di depan
Jutaan satuan waktu jadi pijakan
Tiga tahun adalah sebuah interval waktu
Yang ternyata dalam sekejap bisa kembali muncul
Menguak satuan-satuan yang sudah terisi
Mengungkap memori seakan tanpa interval
Maka di sinilah aku sekarang
Di salah satu pijakanku yang lalu
Adalah tentang seorang wanita
Yang kutinggalkan begitu saja
Sebuah satuan yang kuisi dengan dosa
Atas sebuah rasa sakit seorang terpuja
Maka di sinilah aku sekarang
Merasa bodoh dengan tertegunku
Berat kutanyakan pada bisu
Rindukah aku padanya?
Pada gelak tawa dan cerianya
Pada kuat pukulannya di lenganku
Bagaimanapun, aku berutang padamu, wanita
Karena telah mengisi satuan-satuan waktuku
Menorehkan garis kehidupan bagi aku
Menemani aku tanpa aku temanimu dengan baik
Maka namamu tertoreh dalam prasatiku
Ampuni, biar aku kembali melihat ke depan
Melewati interval waktu kembali
Pada satuan waktuku yang tadi terhenti
Hiduplah dalam damaiNya.
Thursday, 19 September 2013
REMBULAN
Ya, aku melihatmu
Dari sebuah sudut pelupuk
Bila kau ada tampak oleh raga
Pada waktu kau ada dalam lingkar jangkauku
Ya, aku melihatmu
Dari sebuah lubuk benak yang takluk
Saat jauh adamu yang tampak oleh jiwa
Di luar lingkaranku, membayang di dalamku
Bolehkan aku kau kunamakan Rembulan
Yang memberi aku terang pada malam dan siang
Yang mengingatkanku akan eksistensi Tuhan
Yang menuntunku dalam segala gelap menuju terang
Cahayamu memberiku terang yang remang
Bukan redup namun teduh yang menguatkan
Membuat sebuah gaya yang menarikku ke permukaan
Menghidupkan aku dari suri
Tanpa perlu kau tahu
Aku hidup dari remangmu yang tenang
Kau beri aku apa yang kubutuhkan agar aku hidup dengan kuat
Menyerap energi dari positifmu yang kulihat
Dalam gelap aku bernaung dengan remangmu
Tanpa memberimu sebuah balas yang pantas
Terpujilah kau atas segala engkaumu
Maaf aku pintakan atas kelancanganku hidup dari cahayamu
Rembulan
Ya, aku terus melihatmu.
~Dari atas sebuah batang pohon FPTK, siang.
Dari sebuah sudut pelupuk
Bila kau ada tampak oleh raga
Pada waktu kau ada dalam lingkar jangkauku
Ya, aku melihatmu
Dari sebuah lubuk benak yang takluk
Saat jauh adamu yang tampak oleh jiwa
Di luar lingkaranku, membayang di dalamku
Bolehkan aku kau kunamakan Rembulan
Yang memberi aku terang pada malam dan siang
Yang mengingatkanku akan eksistensi Tuhan
Yang menuntunku dalam segala gelap menuju terang
Cahayamu memberiku terang yang remang
Bukan redup namun teduh yang menguatkan
Membuat sebuah gaya yang menarikku ke permukaan
Menghidupkan aku dari suri
Tanpa perlu kau tahu
Aku hidup dari remangmu yang tenang
Kau beri aku apa yang kubutuhkan agar aku hidup dengan kuat
Menyerap energi dari positifmu yang kulihat
Dalam gelap aku bernaung dengan remangmu
Tanpa memberimu sebuah balas yang pantas
Terpujilah kau atas segala engkaumu
Maaf aku pintakan atas kelancanganku hidup dari cahayamu
Rembulan
Ya, aku terus melihatmu.
~Dari atas sebuah batang pohon FPTK, siang.
Thursday, 22 August 2013
Gelap, Dengan Terang Dalam Gelap
Dapatkah kita melihat terang dalam gelap?
Dapatkah kita melihat sehat dalam sakit?
Di tengah bumi beralas lantai berlapis karpet
Ialah aku duduk berpangku
Diselubung gelap sepanjang masa
Dengan akalku yang kusebut cahaya
Pikiran adalah sebuah alatku yang mendadak waras
Ia berkelana melanglangbuana
Menjamahi segala tanah tak hingga
Tak dapat kutahan, ia berlari ke segala arah semaunya
Maka sungguh, siapakah kita?
Untuk apa kita ada?
Sungguh aku tak dapat mencapainya
Di luar nalar keprofesian
Di luar nalar jalur yang sejauh ini kujalani
Sungguh aku penuh bertanya pada tiada
Aku bertanya tentang pengertian daripada aku
Aku bertanya tentang peruntukan daripada aku
Aku bertanya tentang fungsi daripada aku
Aku bertanya tentang aku
Selainnya, aku temukan banyak cahaya dalam gelap dunia
Hanya aku, sesatu gelap yang tersisa bagi aku
Aku belum menemui pengertianku
Aku adalah gelap bagi aku
Sungguh, fana.
Dapatkah kita melihat sehat dalam sakit?
Di tengah bumi beralas lantai berlapis karpet
Ialah aku duduk berpangku
Diselubung gelap sepanjang masa
Dengan akalku yang kusebut cahaya
Pikiran adalah sebuah alatku yang mendadak waras
Ia berkelana melanglangbuana
Menjamahi segala tanah tak hingga
Tak dapat kutahan, ia berlari ke segala arah semaunya
Maka sungguh, siapakah kita?
Untuk apa kita ada?
Sungguh aku tak dapat mencapainya
Di luar nalar keprofesian
Di luar nalar jalur yang sejauh ini kujalani
Sungguh aku penuh bertanya pada tiada
Aku bertanya tentang pengertian daripada aku
Aku bertanya tentang peruntukan daripada aku
Aku bertanya tentang fungsi daripada aku
Aku bertanya tentang aku
Selainnya, aku temukan banyak cahaya dalam gelap dunia
Hanya aku, sesatu gelap yang tersisa bagi aku
Aku belum menemui pengertianku
Aku adalah gelap bagi aku
Sungguh, fana.
Thursday, 4 July 2013
MONOLOG
Duhai hati, duhai jiwa
Apa yang kau pikirkan di dalam?
Seolah resah namun berpaku bisu
Tak berkabar padaku, induk semangmu
Sepikah kiranya dalam lubuk itu?
Tak berkawan tak berisi
Maka bicaralah padaku tentang dilema
Kontradiksi apalagi pun kabarkan
Peluang sebuah kemungkinan
Sang aduhai hatiku pun berkabar
Duhai engkau, peraduanku, semangku
Sungguh aku sedang tak menentu
Jangan kau ada paradigma
Sedikitpun aku tidaklah merana
Jika ini soal cinta, polemik klasik
Aku hanya sedang menunggu
Apa yang kalian manusia sebut anugerah
Dari Tuanku Tuanmu, Sang Maha Perkasa
Maka usahlah kau risaukan aku, semangku
Mentari senja bersinar begitu hangat
Kian mendekap kita antara dingin dunia
Kelambu ternyaman sejagat raya
ialah kawan yang berjalan bersama kita
Hingga tua, dan kembali muda pada abadinya
Sambut dan jagalah mereka
Dengan segudang perjamuan paling istimewa
Cinta akan datang dan haram tersiakan
Sebagaimana kawan haram pengkhianatan
Sambut dan jaga kawananmu, semangku
Semangku
Maka hati duhai jiwa, dengarlah
Inilah jawabku
Oke!
Sukamiskin, 07:18 - 4/7/13
Apa yang kau pikirkan di dalam?
Seolah resah namun berpaku bisu
Tak berkabar padaku, induk semangmu
Sepikah kiranya dalam lubuk itu?
Tak berkawan tak berisi
Maka bicaralah padaku tentang dilema
Kontradiksi apalagi pun kabarkan
Peluang sebuah kemungkinan
Sang aduhai hatiku pun berkabar
Duhai engkau, peraduanku, semangku
Sungguh aku sedang tak menentu
Jangan kau ada paradigma
Sedikitpun aku tidaklah merana
Jika ini soal cinta, polemik klasik
Aku hanya sedang menunggu
Apa yang kalian manusia sebut anugerah
Dari Tuanku Tuanmu, Sang Maha Perkasa
Maka usahlah kau risaukan aku, semangku
Mentari senja bersinar begitu hangat
Kian mendekap kita antara dingin dunia
Kelambu ternyaman sejagat raya
ialah kawan yang berjalan bersama kita
Hingga tua, dan kembali muda pada abadinya
Sambut dan jagalah mereka
Dengan segudang perjamuan paling istimewa
Cinta akan datang dan haram tersiakan
Sebagaimana kawan haram pengkhianatan
Sambut dan jaga kawananmu, semangku
Semangku
Maka hati duhai jiwa, dengarlah
Inilah jawabku
Oke!
Sukamiskin, 07:18 - 4/7/13
Tuesday, 14 May 2013
ARCHITECTURE EXPO 2013 : ARTEFAK
Pernah denger bule gaul saling memberi salam? Gini nih : HAI GAIS!
Keren banget ga sih itu?
Enggak.
Okey.
Sekianlah salam pembukaan dari saya pada entri kali ini. Entri kali ini yang saya tulis ingin membahas tentang Architecture Expo 2013 : ARTEFAK. Tapi saya tidak tahu ingin menulisnya mulai dari mana, maka saya mulai dengan memencet tuts-tuts keyboard dan menulis :
"Pernah denger bule gaul saling memberi salam? Gini nih : HAI GAIS!
Keren banget ga sih itu?
Enggak.
Okey."
Gak kepikiran kan??? Iya atuh, siapa dulu, haha.
Oke, kembali serius. Kalian mungkin bertanya-tanya ( kalian di sini adalah gaib, karena blog urang euweuh nu maca ), apa sih ARTEFAK itu? Artefak itu adalah Architecture Expo 2013 : ARTEFAK, atau lebih jelasnya, nih, https://twitter.com/archexpo2013 atau https://www.facebook.com/ArchExpo2013?fref=ts. Hahaha.
Jadi Artefak itu adalah event yang, kami, mahasiswa arsitektur dari Universitas Pendidikan Indonesia di bawah organisasi kemahasiswaan KMA-Kridaya FPTK UPI, selenggarakan di bulan Mei tanggal 23-31, 2013.
Di dalemnya sendiri ada dua kegiatan besar, yang pertama itu Seminar Nasional yang ngebahas tentang Sekolah Aman Bencana. Yang kedua ada Konser Amal yang hasil penjualan tiketnya disumbangin buat bakti pendidikan gitu. Keren ga sih?? Ya keren lah! Daripada HAI GAIS, bule alay!
Kalian boleh kok bertanya kenapa sih kita ngadain acara begituan? Latarbelakangnya apa? Tujuannya apa? Ya saya juga boleh dong ngejawab, gak ngejawab juga boleh lah, siapa elu siapa gue? Oke. Saya jawab. Kalau mau jawaban lengkap dan detail secara formal, silakan liat link yang tadi. Saya mah kasih jawaban singkat padat berisi semok semlohai saja ya.
Pertanyaan : Kenapa ngadain acara ARTEFAK yang mengusung Sekolah Aman Bencana?
Jawaban : Emang kamu mau adik-adik SD kita lagi belajar berhitung tiba-tiba gempa, terus runtuh, mati we semua sama gurunya juga. Padahal mereka ingin bisa berhitung. Ingin bisa berhitung. BERHITUNG!!! Sedih. Sedih. Sedih banget, serius ini.
Bayangkan, adegannya gini...
Guru : Dondonmidon, coba ibu tanya, delapan dikali tujuh berapa, Don?
Doni : Sebentar Ibu, saya hitung dulu, hmm..
*tiba-tiba gempa*
Doni : LIMA BU LIMA!!! LIMA TEMAN SAYA TERTIMPA DINDING DI BELAKANG!!!!
Sedih. Sungguh. Serius ini. Saya sebagai mahasiswa arsitektur merasa bersalah kalau sekolah-sekolah di Indonesia bahkan tidak aman untuk digunakan belajar mengajar. Bagaimana anak-anak kita mau pintar kalau belum lulus SD saja sudah wafat duluan. Maka dari itu. Maka dari itu masa kamu tidak mengerti juga sih sudah saya paparkan dengan singkat padat semok semlohai.
Ngerti ya? Ngerti ya? Sok pada dibuka link nya, terus beli tiket seminar dan konsernya :)
Nah, sekarang saya mau kasih tau sesuatu tentang teman-teman saya yang berjuang untuk ARTEFAK ini. Mereka adalah teman-teman panitia yang edan-edanan memperjuangkan acara ini. Kalian udah nonton Ironman 3 kan? Gimana? Dia keren banget kan? Hebat banget kan? Jagoan banget kan? Pasti jawab iya kan? Ya kan? CUIH! Pret!!
Ironman gak ada apa-apanya. Cuma kostum, ikon, besi yang kalau dibawa ke Madura bakal laku dikilo, berwarna mentereng pula. Bah, sampah. Teman-teman pejuang ARTEFAK inilah yang saya sebut 'The Real Superhero', 'The Real Fighter Ever'. Mereka lebih baja dari baja paling baja yang pernah ada. Mereka lebih mentereng dari mentereng-mentereng yang paling mentereng yang pernah ada. Merekalah prajurit yang berjuang atas nama cinta dan dedikasi tinggi pada KMA-Kridaya. Merekalah pejuang-pejuang yang pasti mati, tapi semangatnya tak pernah mati. Merekalah orang-orang yang hidup sebagai sejarah, sebagai legenda. Orang-orang yang mati, kemudian tetap harum namanya. Semua tetes darah, cucur keringat, gores luka, sayat sakit, mereka rela terima bulat-bulat demi ARTEFAK. Kamu boleh bunuh kami, tapi kami tak akan pernah mati, percayalah. Saya bersama orang-orang tertangguh yang ada di muka bumi ini.
Sungguh. Serius ini.
Dan tahukah kalian satu hal? Tentu tidak.
Saya katakan satu hal saja pada kalian, sebuah rahasia besar tentang kehidupan.
"Sebenarnya, saya hina-hina, saya jelek-jelekkan itu Ironman bukan karena apa-apa. Tapi karena saya....belum....saya....ya, saya....saya belum nonton IRONMAN 3!!!!!!"
Salam perjuangan, salam ARTEFAK! FAK! FAK! FAK!
Kalian adalah orang-orang terbaik, kawan-kawanku.
Terimakasih perjuangan.
- Muhammad Arif Adiansyah
Thursday, 2 May 2013
ADALAH KAWAN, ADIK, REMBULAN
Adalah kawan,
adalah adik,
adalah cinta
Di lingkar hujan di dalam ruang
Di kerumun kawan di umum ruang
Di lingkar cakap diiring gelak ramai
Di sana kita berada, bercakap suka dengan lainnya
Puja, adalah diam yang disembunyi
Aku bicara lalu diam, lalu tersenyum dalam di dalam
Engkau bicara lalu diam, lalu entah kau dalam di dalam
Sesingkatnya temu cakap lalu kembali ke masing
Dari mana aku memulai?
Dari ragu takutku akan penafian
Dari kelu lidahku akan cakap biduan
Dari pasang mata yang segan berpandang temu
Tapi sungguhkah hati memilih
Bulatkah punya kasih menaut
Gelapku, melindung dan menaungi
Kulindung utuhmu sampai raga benar mati
Kau tahu aku luar
Kau tak kenal aku dalam di dalamku
Aku tahu kau luar
Aku tak kenal dalam, dalammu di dalam
Adalah kawan,
adalah adik,
adalah cinta.
Adalah kau kiranya rembulan itu.
adalah adik,
adalah cinta
Di lingkar hujan di dalam ruang
Di kerumun kawan di umum ruang
Di lingkar cakap diiring gelak ramai
Di sana kita berada, bercakap suka dengan lainnya
Puja, adalah diam yang disembunyi
Aku bicara lalu diam, lalu tersenyum dalam di dalam
Engkau bicara lalu diam, lalu entah kau dalam di dalam
Sesingkatnya temu cakap lalu kembali ke masing
Dari mana aku memulai?
Dari ragu takutku akan penafian
Dari kelu lidahku akan cakap biduan
Dari pasang mata yang segan berpandang temu
Tapi sungguhkah hati memilih
Bulatkah punya kasih menaut
Gelapku, melindung dan menaungi
Kulindung utuhmu sampai raga benar mati
Kau tahu aku luar
Kau tak kenal aku dalam di dalamku
Aku tahu kau luar
Aku tak kenal dalam, dalammu di dalam
Adalah kawan,
adalah adik,
adalah cinta.
Adalah kau kiranya rembulan itu.
Thursday, 21 March 2013
WHEN I, MISSING YOU SO BAD
When I fall in love
Is when I missing you so bad
Is when I feel you're not around me
Maybe no more
What else I can do?
You're only a picture
You smile at that pic
So what else I can do?
Staring at your smiling eyes
Touch your little nose
Your yellowed cheek
Your tiny cute mole of course, hehe
And the brightest smile ever of yours
But its only from a pic
Not the real you
I'm missing you so bad so terrify
Bad enough to make my tears fall
Bad enough to make me quiet for a while
Bad enough to make me sad
I need you to know
That I'm so lonely behind my laugh
That I'm so lonely in this crowded world
I need you to realize
That I love you so goddamn a lot of much
That I missing you so bad
~Tonji yg menyebalkan
Friday, 8 March 2013
AKU TAKUT
Dan Demi Tuhan yang menguasai segalanya
Ini adalah sesuatu yang lain
Dan Demi Tuhan yang mengendalikan segala unsur
Ini adalah sesuatu yang baru
Dan Demi Tuhan yang tak punya rasa takut
Aku menemukan rasa takut yang baru kukenali
Rasa takut kehilangan yang teramat
Rasa takut yang mengubur jauh ego
Takut kehilanganmu, sayang.
Ini adalah sesuatu yang lain
Dan Demi Tuhan yang mengendalikan segala unsur
Ini adalah sesuatu yang baru
Dan Demi Tuhan yang tak punya rasa takut
Aku menemukan rasa takut yang baru kukenali
Rasa takut kehilangan yang teramat
Rasa takut yang mengubur jauh ego
Takut kehilanganmu, sayang.
Subscribe to:
Comments (Atom)