Hari sedang Jumat, dan masih dini hari. Kala belum kunjung bertemu dengan kantuk yang mestinya sudah datang. Apa boleh buat, sepertinya karena memang mereka belum saling janji untuk bertemu jam sepuluh hari Kamis. Sehingga Kala dengan terpaksa, masih harus bisa melihat jarum jam yang berputar patah-patah di dinding kamarnya. Melihat beberapa bajunya yang tergantung di balik pintu kamar. Melihat cicak yang merayap di dinding lewat cermin di lemari pakaiannya. Semuanya itu terlihat karena lampu kamar menyala, terang, padahal di luar sana sudah gelap. Gelap karena matahari sudah sepakat. Jika malam, bulan yang mesti terjaga, meski tak terlihat karena tertutup awan.
Kala menjadi bingung dengan keadaan. Bingung apa yang harus diperbuat sementara kantuk tak kunjung datang. Bingung apa yang harus diperbuat, untuk memanggil kantuk datang ke kamarnya. Bingung, karena Kala belum sempat meminta kontak kantuk, baik nomor telepon atau media sosial. Itu membuat Kala berpikir, tapi tidak jelas.
Seperti:
"Dapatkah kupanggil kantuk datang dengan semacam ritual atau semacamnya?"
Atau:
"Apa mungkin kantuk sebetulnya sudah datang, hanya saja tak tahu cara mengetuk pintu?"
Atau:
"Mengapa gadis dua puluh empat tahun sepertiku mesti selalu ditanyai: "Kapan nikah?""
Tidak. Tidak. Tidak. Tentu saja hal-hal seperti itu hanya akan membuat kantuk semakin sulit datang padamu Kala. Kala harus menemukan cara lain untuk mengundang kantuk segera datang. Sehingga Kala sejenak menuju meja belajarnya. Mengambil buku diarynya dan sebuah ballpoint. Kembali ke kasur, duduk dan mulai menulis:
KALA
Kala
Kala atau menang itu hal biasa
Kala-lawar misalnya
Yang tidak hanya hidup di malam hari
Siang juga hidup, tapi tidur
Kala
Kala atau menang itu luar biasa
Kala-jengking misalnya
Yang menurut zodiak sulit asmara
Namun baik secara finansial, bulan ini
Kala
Kala atau menang, atau menang atau kala
Kala-teka misalnya
Yang menguasai ilmu beladiri
Bukan untuk bertarung, melainkan penguasaan diri
Kala
Apa yang kau lakukan?
Jika begini terus kau takkan pernah tidur
Mau sampai kapan?
Sekonyong-konyong, Kala terbangun dari tidurnya. Dari mimpinya. Tersentak. Mimpi terjatuh. Terjatuh dari panggung sandiwara. Panggung pencitraan. Ah, pasti karena lupa baca doa.
"Bismika Allahumma ahya, wa bismika, amuut. Aamiin."