Halo, Markitonj. Tonji. Tonjos. Arif. Atau lainnya.
Ini aku, yang juga adalah kamu setiap hari sejak dulu hingga kini.
Bagaimana kabarmu? Kelihatannya, atau terasanya ya, kamu sedang tidak baik-baik saja hari ini. Aku tahu betul karena keliatannya kau sedang tidak jernih pikir dan rasa, kerjaan desainmu juga terlihat menemui kebuntuan, progresnya sendiri lambat sekali. Payah nih kamu, payah nih aku. Pada dasarnya aku adalah kamu yang juga adalah aku sendiri. Ketika kau bilang kalau kau tidak tahu apa yang sedang terjadi padamu hari ini, kukira aku juga begitu. Namun biarkan aku coba sedikit membantumu mengurai berbagai permasalahan yang mungkin mengganggu pikir dan rasa yang ada.
Nah, dari mana baiknya kita mulai? Bagaimana kita mulai dengan membuat batasan masalahnya, dalam artian, jangan membahas faktor-faktor yang sepertinya faktor eksternal, kita bicara faktor internal saja, apa yang kau pikir dan rasa. Kalau eksternal bisa-bisa kau menyalahkan orang lain lalu sembunyi di balik pembenaran sepihak. Sepakat ya? Sepakat. Salaman.
Kamu ini mungkin risau, Tonj. Bukan galau ya, udah agak mirip bapak-bapak jangan galau-galau. Tapi kamu risau, bro. Risau karena berbagai perasaan dan kemungkinan masa depan yang tak terbayangkan, atau justru sebenarnya terbayangkan, makanya malah jadi semakin risau. Dan dari apa yang kupetakan dari hari ini, kamu sepertinya dirisaukan oleh sedikitnya dua hal yang mungkin timbul dengan kuat karena kamu melupakan satu hal besar yang sangat esensial. Supaya jelas dan terarah, kita bahas mulai dari dua hal yang merisaukan itu dulu ya.
1. Cinta
Hoeks! Gilagilagilagilaaaa. Sungguh betul terasa sangat menggelikan mengucapkan kata yang satu itu ya karena terlalu syahdu mungkin, halah. Nah. Ya, mau bagaimana ya, sama aku juga buntu, karena sama akulah kamu. Tapi mestilah begini kalau diuraikan secara agak rasional...
Sebenarnya kamu nggak terlalu risau dan khawatir sih tentang cinta karena kamu tahu, kemarin-kemarin kamu sudah coba ngobrol dengan Yang Punya cinta, dan kamu juga sudah punya pemahaman sendiri tentang jawaban Yang Punya cinta ketika kamu coba ngobrol dan bertanya langsung padaNya. Jadi, soal cinta, kamu sebetulnya nggak betul-betul risau, kamu tahu harus apa, kapan, dan di mana. Bagaimana mah, belakangan mungkin. Aku paham betul kamu mestinya cukup bisa berimprovisasi soal bagaimana gimana di lapangan. Jadi skip aja, ya, langsung ke nomor dua!
2. Babarudakan
Nah, ini. Ini yang sepertinya betul-betul merisaukan kamu sampai ngahuleng tarik dan kabetrik. Babarudakan. Babarudakan, pada dasarnya memiliki definisi dan batasan yang cukup luas di kehidupan kamu sejauh ini. Walaupun sebenarnya pergaulanmu nggak seluas siiiii siapa itu? Pacar anaknya si anak singkong, halah ribet. GOFAR HILMAN. Halah gitu aja lupa banget, ah. Iya, begitu, Tonj.
Jadi, entah tadi siang atau sore aku sempat menangkap sebersit kerisauan di pikiranmu yang kira-kira secara telanjang berbunyi, "Bisa jeung barudak nepi ka iraha nya?"
Gimana ya... Aku, atau kamu, kadang suka berpikir, apa memang nggak bisa ya nanti kalau sudah pada berkeluarga, pada punya istri, punya anak, terus masih sering ngacapruk nggak jelas gitu di grup chat atau di media sosial. Apa nanti memang nggak bisa ya, untuk tiba-tiba ngomong sembarangan ingin ke mana, berlagak hayu, berlagak salaman, kemudian langsung benar-benar pergi entah ke mana ke sana ke mari. Apa nanti memang seribet itu ya tanggungjawabnya sehingga kita mesti jadi pada jauh dan berpisah, meski nggak betul-betul dipisah kematian juga, atau belum. Apa nanti kata babarudakan akan benar-benar akan cuma jadi bahan nostalgia ketika kita udah nggak mungkin lagi sama seperti sebelumnya ya, Tonj. Apa nanti kehidupan kita memang benar-benar harus bergulir sampai meninggalkan suasana kehidupan sebelumnya ya. Iya sih, sebetulnya fase-fase seperti begitu kan sudah beberapa kali juga mungkin ya. Tapi kan tetap saja, apa betul mesti begitu? Jangan-jangan selama ini aku atau kamu salah, atau dunia salah. Atau cuma aku dan kamu saja ya, Tonj, yang terlalu banyak merengek. Yang terlalu kekanak-kanakan karena semacam ingin tinggal satu lingkungan dekat bersama babarudakan itu. Yang terlalu cengeng karena semacam sungguh, rasanya babarudakan di masa depan sudah nggak ada lagi yang mungkin menyamai ke-babarudakan yang masih berlaku sampai hari ini. Apa betul itu nanti anak istri semacam nggak bisa sinergis dengan ke-babarudakan. Apa betul yang begini disebut zona nyaman. Kenapa harus keluar dari zona nyaman. Kenapa tidak bisa babarudakan tetap babarudakan yang tidak zona nyaman tapi tetap zona nyaman. Apa betul mesti begitu ya.
Jelas begitulah rupanya kerisauanmu hari ini, Tonj. Aku cuma mebantu mengurainya untuk kamu malam ini, sementara jawabannya tetap ada padamu sendiri sekalipun akulah yang membuat keseluruhan cerita dan narasinya. Karena yang kita bicarakan sudah disepakati adalah permasalahan yang bersifat internal, maka kamu tidak punya kendali penuh terhadap hidup dan pemikiran orang lain di sekitarmu, juga tentang masa depan dan jalan cerita mereka masing-masing, kawanku yang sedang risau
Maka dari itu, perlulah kau ingat kembali wahai, aku : "Selama ini kau memang dibentuk untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang ada di setiap persimpangan." Maka tegaklah wahai wajahku, dan hadapi segala kemungkinan di depanmu dengan mental 'hayu' dan mental 'salaman' yang berapi-api. Karena sungguh, tidak akan ada jawaban kalau kamu nggak maju ke depan, Tonj.
Nah, adapun hal esensial yang kamu tinggalkan dan menyebabkan kamu menemui kerisauan yang memecahkan konsentrasi adalah : "Kau tinggalkan sembahyangmu kemarin. Goblok!"
Nah nah nah. Sudah, ya. Sudah ringan air mukamu sekarang. Maka aku selesai dengan tugasku malam ini.
Dadah, Markitonj!
Sekian :)