Sunday, 23 October 2016

BATAS DAN JARAK

batas/ba·tas/ n 1 garis (sisi) yang menjadi perhinggaan suatu bidang (ruang, daerah, dan sebagainya); pemisah antara dua bidang (ruang, daerah, dan sebagainya); sempadan: mana -- kebun ini?; sungai ini menjadi -- Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah; 2 ketentuan yang tidak boleh dilampaui:pembentukan kabinet diberi -- waktu seminggu; tindakan itu dianggap orang telah melampaui -- kekuasaannya; 3 perhinggaan: air sungai itu tidak dalam, hanya sampai -- lutut;berjalan sampai ke -- , berlayar sampai ke pulau, pb segala usaha hendaknya sampai kepada maksudnya;
-- apkir batas waktu suatu material dapat digunakan dengan aman; 

-- cair Tan kandungan air maksimum dalam tanah tempat tanah mulai bersifat, seperti cairan; 
-- elastik Fis batas lenting; 
-- lenting Fis tegangan maksimum yang dapat ditunjang oleh bahan atau bangunan tanpa menderita perubahan bentuk (deformasi) yang tetap (permanen); batas elastik; 
-- pemandangan kaki langit; tepi langit; horizon; 
-- penanggalan internasional Geo garis batas yang letaknya kira-kira bertepatan dengan meridian 180o dari utara ke selatan melalui Samudra Pasifik;


Otak manusia mengetahui sesuatu tentang kata "batas". Berdasarkan pengertian batas yang dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebelumnya, jika disederhanakan, batas akan berkaitan dengan konsep jarak, wilayah, waktu, ruang, pengetahuan, jangkauan, dan lain-lain sebagainya. Pada setiap satuan konsepnya, manusia akan selalu berada dalam suatu titik yang selalu memiliki batas, namun itu juga berarti ada hal-hal lain yang berada di luar batas tersebut.

Batas senantiasa menghasilkan sebuah celah, ruang, interval, atau apapun yang selanjutnya menjadi pemisah antara sesuatu yang ada di dalam batas dengan sesuatu yang ada di luar batas tersebut. Hal ini seringkali menimbulkan sebuah masalah bagi manusia dan seringkali dengan cepat dianggap menjadi suatu masalah besar oleh manusia di muka bumi yang kita cintai sepanjang masa. Menurut saya, fenomena itu terjadi pada persepsi manusia dikarenakan adanya sebuah fenomena lain yang kita sebut sebagai relativitas yang selalu memiliki suatu satuan sendiri yang tidak bisa ditetapkan. Ketika terhambat oleh sebuah batas, umumnya manusia seringkali dengan cepat mengambil kesimpulan dan lupa akan relativitas yang ada, sehingga dengan cepat suatu batas akan dianggap menjadi sebuah masalah yang menimbulkan berbagai kecemasan dan kekhawatiran. Lebih jauh lagi hal tersebut akan menimbulkan perasaan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia dalam menghadapi masalah batas tersebut.

Relativitas sesungguhnya akan memberikan opsi-opsi baru bagi manusia. Memunculkan perbandingan-perbandingan lain yang menghasilkan berbagai macam probabilitas yang memungkinkan manusia justru melampaui batas yang ditemuinya, sehingga baiknya manusia bisa lebih bijak memandang suatu batasan dengan menemukan relativitas-relativitas lain yang memberikan perspektif baru dalam mencari alternatif lain guna melampaui batas atau menyelesaikan sebuah permasalahan yang berkaitan dengan batasan yang ditemuinya.

Berbicara soal jarak. Jarak seringkali dianggap sebagai suatu permasalahan karena membatasi suatu kemampuan atau jangkauan manusia terhadap sesuatu yang ada di luar batas jangkauannya dan hal tersebut membatasi kita dari keinginan kita untuk menjangkau sesuatu yang kita inginkan, sehingga kita seringkali merasa cemas, sedih, dan khawatir atau bahkan putus asa dengan keadaan tersebut. Memang, keadaan tersebut pun seringkali tidak dapat saya pungkiri secara pribadi, namun tentu saja ada baiknya jika kita mencoba mencari lebih banyak pengetahuan yang membawa kita pada sesuatu yang bisa membawa kita relatif lebih dekat kepada batasan jangkauan kita. Sehingga sekalipun dirundung oleh keterbatasan jarak dan waktu secara fisik, setidaknya pengetahuan tersebut akan memberikan kita sedikit banyak penghiburan bagi diri kita sendiri.

Secara fisik, kita memang memiliki banyak sekali keterbatasan khususnya jarak yang tentu saja terjadi karena adanya pernikahan yang sah antara ruang dan waktu, dan kebanyakan selalu begitu. Namun kita tentunya tidak boleh bersedih begitu saja karena hal tersebut dan kemudian menyedihkan keterbatasan yang ada pada diri manusia secara fisik. Di luar kemampuan fisik, nyatanya manusia memiliki kemampuan yang jauh melampaui batasan-batasan fisik yang dimilikinya, yaitu kemampuan berpikir yang dimiliki oleh otak manusia.

Pertama, kemampuan otak manusia memungkinkan kita memiliki sebuah kemampuan yang disebut imajinasi. Kemampuan tersebut memungkinkan kita untuk keluar lebih jauh dari rumah tangga yang telah dijalin oleh ruang dan waktu sejak lama, memungkinkan kita untuk bergerak lebih bebas, memang tidak secara fisik namun secara psikologis tak jarang mampu berdampak positif bahkan relatif lebih jauh dibandingkan pencapaian yang dilakukan secara fisik di beberapa kasus. Berdasarkan sumber yang diperoleh, kemampuan imajinasi manusia berfungsi dalam dua bentuk, yaitu imajinasi sintesis dan imajinasi kreatif. Imajinasi kreatiflah yang memungkinkan pikiran kita yang terbatas berkomunikasi langsung dengan intelegensi tanpa batas. Melalui imjainasi ini pula kita memperoleh firasat, inspirasi, atau ilham. Bahkan lebih jauh lagi, imajinasi kreatif juga memungkinkan kita untuk bisa menyesuaikan diri atau berkomunikasi dengan pikiran dan perasaan sadar dan bawah sadar manusia lainnya.

Kedua, disebutkan dari sumber lain bahwa terdapat beberapa fakta menarik tentang otak dan pikiran manusia yang menyebutkan bahwa kemampuan pikiran kita jauh melebihi dimensi ruang dan waktu itu sendiri, fakta-fakta tersebut di antaranya adalah :
  1. Pikiran manusia terhubung dengan alam semestaUniversal Conciousness/Morphogenetic Field. Singkatnya, menurut beberapa ilmuwan menyatakan bahwa pikiran manusia memiliki hubungan secara tidak sadar dengan alam semesta yang kita tinggali. Kemampuan manusia untuk dapat berhubungan ini disebut oleh seorang psikolog bernama Karl Jung sebagai Universal Conciousness, dan oleh seorang ahli biolog bernama Rupert Sheldrake sebagai Morphogenetic Field. Karena pikiran manusia terhubung dengan alam semesta, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara tidak langsung pula pikiran manusia dengan manusia lainnya juga dapat terhubung melalui sesuatu yang disebut medan energi. Saling berhubungannya pikiran manusia ini disebut juga sebagai 'hubungan pikiran' atau 'hubungan batin' (mental connection) yang seringkali terasa lebih kuat oleh mereka yang terikat oleh hubungan darah.
  2. Pikiran manusia saling berinteraksi di alam bawah sadar. Saya rasa hal ini dapat terjadi ketika terjadi interaksi baik secara langsung atau tidak langsung melalui kontak baik secara fisik, visual, ataupun melalui suara.
  3. Pikiran manusia dapat menjelajah di alam semesta. Pada saat-saat tertentu, khususnya pada saat dalam kondisi tidak sadar, dikatakan bahwa pikiran atau kesadaran kita dapat menjelajah ke manapun di alam semesta kita ini, hal ini biasanya sering terjadi di dalam mimpi, di alam bawah sadar manusia. Memang agak sedikit sulit dipahami, namun jika didasari pada fakta pertama dimana dikatakan bahwa pikiran kita dapat terhubung dengan alam semesta dan dengan manusia lainnya.
Berdasarkan sumber yang saya peroleh memang mungkin belum memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga bisa saja fakta-fakyta yang dikemukakan baru merupakan sebuah teori saja. Kendati demikian, rasanya jauh di bawah sana saya pribadi merasakan bahwa teori yang mungkin saja benar tersebut dapat diasumsikan benar secara subjektif berdasarkan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan teori tersebut semasa kita hidup.

Dengan ditulisnya tulisan singkat ini, saya tidak ada maksud untuk menggurui atau bermaksud mengajarkan apa yang saya peroleh dari sumber yang belum kuat. Akan tetapi, sedikitnya saya berharap bisa memberikan sebuah pandangan lain terhadap apa yang saya bahas kali ini. Selanjutnya, untuk mengikis perasaan-perasaan cemas, khawatir, sedih, dan lainnya yang tercipta karena adanya keterbatasan dan jarak yang nyata, berikut akan saya sampaikan sebuah perbandingan sederhana mengenai jarak.

Mari kita asumsikan bahwa ada dua orang yang terpisah sangat jauh di muka bumi kita tercinta ini. Bumi memiliki keliling total sejauh 40.075 km, sehingga kemungkinan dua orang tersebut berpisah paling jauh adalah dengan jarak setengah keliling bumi, yaitu sejauh 20.037,5 km, itulah jarak maksimal dua orang dapat terpisah. Dengan jarak yang sangat jauh tersebut tentu saja akan terasa sangat berat rasanya bagi kedua orang tersebut sehingga seringkali muncul perasaan cemas, khawatir, sedih, rindu, dan lain sebagainya di antara keduanya tentang masa sekarang dan masa yang akan datang di antara mereka. Namun kita sadar bahwa jauh atau dekat itu relatif, relativitas tersebut berlaku ketika kita menemukan sebuah perbandingan jarak atau batas lainnya yang jauh lebih hebat dan lebih dahsyat, yang justru sebenarnya tersimpan dalam diri masing-masing dua orang yang terpisah tersebut. Contoh kecilnya, bahkan di dalam otak mereka sesungguhnya tersimpan sesuatu yang jauh dan jauh lebih panjang jika dibentangkan, yaitu urat syaraf di otak yang jumlahnya mencapai 14 milyar yang jika dibentangkan akan memiliki panjang sebesar 480.000 km atau 12 kali lebih panjang dari keliling bumi, atau 24 kali lebih panjang dari jarak maksimal kedua orang tersebut terpisah. Dan setiap milimeter dari seluruh 480.000 km syaraf tersebut memiliki kemampuan yang kuat untuk saling terhubung dengan alam semesta, dengan orang yang terpisah darinya. Sehingga untuk mengikis rasa cemas, khawatir, sedih, dan yang lainnya hanya dibutuhkan sedikit kepercayaan antara keduanya. Sama halnya dengan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, Tuhan yang bahkan tak pernah ditemuinya, dan ternyata lebih dekat dari urat nadinya, yang kita butuhkan adalah kepercayaan atau iman.

Maka seandainya saja kita ambil secara random, seorang anak terpisah dari ayah dan ibunya sejauh 14.157 km, yaitu sejauh 2.768 jam perjalanan darat dan laut dilakukan, yang ternyata sejauh 7/20 keliling bumi, yang ternyata sebesar 35% dari keliling bumi, yang ternyata hanya sejauh 0.02949375 dari panjang urat syaraf otak manusia. Dan ya, hanya sedekat itulah rupanya jarak yang tercipta antara sebuah daerah bernama Antapani, Bandung, Indonesia dengan daerah lain yang bernama Herningvej, Aalborg, Denmark.


Sumber :
https://goo.gl/L1HvbM
https://goo.gl/jt76fg
https://goo.gl/DJKhG1
https://goo.gl/W8IqUW
https://goo.gl/XbvMeo

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------




BATAS DAN JARAK














Tak ada yang lebih dekat
Kecuali Tuhan yang melihat seluruh umat













Tak ada yang lebih mampu menempuh jauh
Kecuali doa yang terkirim sembari bersimpuh















Tak ada kekuatan kecil yang lebih niscaya
Kecuali membiarkan diri sedikit lebih percaya














Tak ada yang kuat menahan jarak yang melebar
Kecuali kau kuat untuk sedikit lebih sabar














Hingga tak ada yang lebih bahagia
Kecuali bertemu waktu untuk berjumpa...