Sunday, 28 August 2016

DUNIA AKAN LEBIH MENARIK

Halo.

Selamat hari Minggu sedunia.

Sudah dua minggu, dan akan lebih, aku tidak punya hari libur. Rasanya ini dua minggu paling produktif dalam satu tahun ini, menyelesaikan sebuah tanggung jawab besar yang sudah dipupuk selama enam tahun kurang lebih. Sampai beberapa hari lagi semuanya akan dituntaskan secara legitimate. Mudah-mudahan sampai.

Seperti yang pernah diutarakan oleh saudara Gema, ini adalah betul sebuah perjalanan spiritual. Sebuah perjalanan panjang ---sebagian orang berasumsi teralu panjang--- yang betul-betul memberikan banyak hal : perubahan, pembelajaran, ah, dua itu saja sudah sangat banyak. Akan ada banyak kejutan-kejutan di perjalanan selanjutnya. Siapkah?

Ide-ide serta berbagai macam wacana selalu terlintas dan berkelebat liar di kepalaku. Entah mimpi, harapan, tantangan, keinginan, kegilaan, keisengan, semuanya berseliweran. Terlontar ke sana kemari ibarat kembang api. Halo. Kira-kira yang mana yang harus dikejar. Yang harus diperjuangkan. Yang harus diwujudkan. Sayangnya, aku tidak terbiasa merencanakan sesuatu secara jauh dan panjang. Aku terlalu terbiasa dengan hal-hal teknis yang beradaptasi dengan waktu yang sempit, menanti kejutan-kejutan yang manis dan yang pahit. Atau hanya membungkus suatu ide besar yang gila, tanpa teknis yang detail. Setidaknya aku paham apa yang kulakukan.

Yaah, memang menurut beberapa teman ketika kita berpindah pada fase ini ke fase berikutnya akan menghasilkan beberapa pertanyaan besar tentang masa depan. Biarlah dulu, aku lebih suka berdiam diri dan mencerna sendiri sambil berpikir lama. Biarlah dulu, sementara ini kunikmati dengan syahdu perasaan bahagia ini. Begitu bahagia hingga meledak ke mana-mana. Biarlah dulu, aku hanya ingin duduk bersantai di atas sebuah pohon, disapu angin semilir, disirami terang mentari yang teduh, dihujani dedaunan kecil yang gugur perlahan.

Sekali lagi, selamat hari Minggu sedunia.

Semoga segalanya menjadi lebih menarik, yeah!

:))

Sunday, 7 August 2016

HALLO BANDOENG

Pada suatu malam yang begitu dalam, ada begitu banyak pemikiran dan perasaan yang bercampur mendatangi kita. Satu dan lainnya bermunculan tak beraturan, saling meletup untuk bisa mendapatkan perhatian kita. Begitulah yang terjadi padaku malam ini, didatangi begitu banyak hal di kepala, sehingga kuputuskan harus menulis sesuatu agar aku tetap waras.

Tapi tak juga kutemui sebenarnya apa yang akan kutulis, hingga akhirnya pilihan datang ketika malam semakin gelap dan setitik cahaya bisa begitu sangat berharga. Entah mengapa yang kubahas kemudian adalah ini, tapi rasanya sejak pertama kali mendengarnya aku selalu merasakan sebuah perasaan yang dalam, pada sebuah cerita kecil yang haru biru. Sedikitnya, rasanya hatiku beririsan dengan kisah ini.

Wieteke van Dort. Darinya lah pertama kali kudengar kisah ini, walaupun yang pertama kali menyanyikannya adalah Mas Willy Derby, tapi dari van Dort lah aku mendengarnya hingga jatuh cinta. Kau cari saja sendiri siapa mereka itu, okey.

Entah siapa pengarangnya, diciptakan pada tahun 1929. Betapa pilu, mengetahui bagaimana jarak, ruang, dan ternyata juga waktu dapat memunculkan kepiluan, kerinduan yang tampak begitu besar bahkan tanpa sebuah pertemuan yang pernah terjadi. Ah, mau tulis apalagi, kau harus cari tahu sendiri tentang cerita di balik cerita ini. Kuberikan kisah ini padamu dari liriknya. Judulnya,

Hallo Bandoeng
(Dutch)

‘t Oude moedertje zat bevend
Op het telegraafkantoor
Vriend’lijk sprak de ambt’naar
Juffrouw, aanstonds geeft Bandoeng gehoor
Trillend op haar stramme benen
Greep zij naar de microfoon
En toen hoorde zij, o wonder
Zacht de stem van hare zoon

refrain :
“Hallo! Bandoeng!”
“Ja moeder hier ben ik!”
“Dag liefste jongen”, zegt zij met een snik
“Hallo, hallo!
Hoe gaat het oude vrouw?”
Dan zegt ze alleen:
“Ik verlang zo erg naar jou!”

Lieve jongen, zegt ze teder
Ik heb maandenlang gespaard
‘t Was me om jou te kunnen spreken
M’n allerlaatste gulden waard
En ontroerd zegt hij dan:
“Moeder Nog vier jaar, dan is het om
Oudjelief, wat zal ‘k je pakken
Als ik weer in Holland kom!”

refrain :
“Jongenlief”, vraagt ze, “hoe gaat het Met je kleine bruine vrouw?”
“Best hoor”, zegt hij, “en we spreken
Elke dag hier over jou
En m’n kleuters zeggen ‘s avonds
Voor het slapen gaan een gebed
Voor hun onbekende opoe
Met een kus op jouw portret”

refrain :
“Wacht eens, moeder”, zegt hij lachend ”
‘k Bracht mijn jongste zoontje mee”
Even later hoort ze duidelijk
“Opoe lief, tabeh, tabeh!”
Maar dan wordt het haar te machtig
Zachtjes fluistert ze:
“O Heer Dank dat ‘k dat heb mogen horen…”
En dan valt ze wenend neer

“Hallo! Bandoeng!”
“Ja moeder hier ben ik!”
Ze antwoordt niet.
Hij hoort alleen ‘n snik
“Hallo! Hallo!…” klinkt over verre zee
Zij is niet meer en het kindje roept: “Tabeh”


Hallo Bandoeng
(Indonesia)

Perempuan tua itu duduk gemetar di kantor telegraf
Dengan ramah petugas operator berkata:
”Ibu, sudah tersambung dengan Bandung”
Dengan kaki yang kaku dan gontai, dia berdiri meraih mikrofon
Dan saat itu pun, oh sungguh mengagumkan,
Dia mendengar suara lembut anak lelakinya


Refrain :
Halo! Bandung!
Ya bunda, aku di sini!
Salam anakku sayang, katanya dengan menahan tangis
Halo, halo!
Apa kabarnya, bunda?
Dengan suara lirih dia menjawab:
Aku sangat merindukanmu, nak!


Sayang, dia bertanya, apa kabarnya dengan isterimu yang berkulit sawo matang?
Baik-baik saja, bu, katanya, dan kami membicarakan ibu setiap hari di sini
Dan anak-anak mengucapkan doa malam sebelum tidur
Untuk opung (nenek) yang belum mereka jumpai
Dengan mencium potretmu


”Tunggu sebentar, bunda”, katanya sambil tergelak
“Aku akan memanggil anakku yang paling bungsu”
Tak lama kemudian terdengarlah dengan jelas:
Opung (nenek) tersayang, tabeh, tabeh!”
Tak tertahankan hatinya mendengarnya, ia pun berbisik lembut kepada Tuhan
Terima kasih Tuhan, Engkau telah mengizinkan aku mendengarkan
Dan kemudian ia jatuh bersimpuh sambil menangis


Halo! Bandung!
Ya bunda, aku di sini!
Dia tidak menjawab
Hanya terdengar isak tangis
Hallo! Hallo! Terdengar suara klik di seberang lautan
Dia sudah tiada saat putranya berseru: Tabeh!