Seekor burung hantu, di atas sebuah dahan mengamati tengah dunia ini dalam diam.
-
Seorang anak lelaki, Contem (baca : Kontem) namanya. Duduk ia di tengah dunia malam itu, bersama kawannya yang sangat suka bertanya, namanya Plore, yang juga seorang anak lelaki seumuran Contem dengan rupa wajah yang sekilas mirip.
Plore memiliki berbagai macam pertanyaan yang tak terhingga di dalam kepalanya yang tertutupi rambut tebal dan hitam, namun sayang, ia tak pernah punya jawaban dari seluruh pertanyaannya. Ia hanya mengenal pertanyaan. Contem, anak lelaki di satunya, adalah seorang pendiam yang tak punya satupun pertanyaan maupun jawaban. Namun Contem adalah seorang pemikir yang dengan alis tebalnya ia berpikir sembari mengernyit . Di tengah dunialah mereka malam itu berada.
Plore adalah seorang Plore, bertanya ia pada kawannya, "Contem?"
"Contem?", Contem mengernyitkan dahinya, alisnya tebalnya merapat ke tengah, "Ya, Plore, tentu saja aku Contem."
"Tidakkah kau bingung?", tanya Plore kemudian.
"Bingung?", Contem mengernyitkan dahinya, alisnya tebalnya merapat ke tengah, "Ya, Plore, tentu saja aku bingung, aku memikirkan jawaban pertanyaanmu yang entah mebahas tentang bingung akan hal apa."
"Apakah mungkin? Adakah kemungkinan?", tanya Plore kemudian.
"Mungkin?", tentu saja sambil mengernyitkan dahinya Contem menjawab, "Ploreku, kawanku, aku-ku, bahkan pertanyaanmu barusan telah melahirkan banyak sekali kemungkinan mengenai hal apa yang kau maksudkan dengan pertanyaan apakah mungkinmu itu. Kau bisa saja berlari ke tengah hutan sana, dan mungkin kau akan kembali, atau mungkin juga tidak. Aku mungkin juga bisa berlari ke tengah hutan sana, stop, atau tidak mungkinkah? Kita bisa saja berburu untuk makan, tapi mungkin kita tak mendapatkan apapun, atau mungkin kita bisa memiliki seluruh isi hutan itu dan berkuasa atasnya. Kau sangat cerdas, kawan."
"Tidakkah kau cemas, khawatir, atau takut, Contem?", tanya Plore kemudian.
"Aku, sobat, aku selalu bodoh dan berulang, kebodohanku selalu membawaku pada bagian tengah dunia ini, membawaku bertemu denganmu untuk mendengarkanmu dan berpikir tentang segala hal. Cemas dan khawatir, kurasa keduanya lahir dari sesuatu yang tidak kita tahu, selalu kita tunggu, namun kita tak pernah tahu atau belum tahu hingga saatnya. Ketidaktahuanku tentang segala hal seringkali membuatku cemas dan khawatir, bahkan ketika aku tak mengerti apa yang kau tanyakan, aku mulai cemas dan khawatir terhadapmu, haha," jelas Contem pada sahabatnya.
"Apakah menurutmu aku mulai gila???" Plore bertanya cepat, sebuah respon karena ia tidak tahu dan itu membawa sebuah rasa cemas dan khawatir.
Sebuah pertanyaan, Contem harus menjawabnya, "Tentu tidak, kawan. Aku hanya bergurau, kau cerdas dan brilian!"
"Lalu tentang takut?", tanya Plore kemudian.
"Takut?". masih dengan cara sama ia berpikir, "Takut lahir dari hal yang berbeda. Ketakutan lahir dari apa yang sudah kita ketahui, dan umumnya, kurasa, selalu terasa buruk bagi kita. Ketakutan adalah anak dari perkawinan tunggal antara cemas dan khawatir, yang disebabkan oleh kemungkinan terjadinya sesuatu yang membuatmu takut. Kurang lebih demikian kurasa."
"Contem, apa itu harapan?", tanya Plore kemudian.
"Harapan, adalah cahaya, setidaknya bagi kita. Dengan memiliki harapan, kita melawan rasa cemas dan khawatir yang akan sangat lama memberikan kita ketakutan di berbagai kemungkinan-kemungkinan di masa depan. Namun harapan bukan untuk dilakukan, melainkan diperjuangkan, rasanya begitu", jelas Contem.
"Satu lagi untuk malam ini. Contem, apakah itu lingkaran?", tanya Plore kemudian.
"Lingkaran???", seperti Contem biasanya, ia menjawab, "Lingkaran adalah ketika atas berarti bawah, dan bawah berarti sebaliknya pula. Adalah ketika kanan berarti kiri, atau kiri berarti sebaliknya. Lingkaran ketika aku adalah kau, atau kau adalah aku, di sisi sebaliknya."
"Baiklah", singkat jawab Plore. Jawab Plore. Jawab.....Plore.
Sejenak terjadi keheningan. Keduanya terdiam dalam diamnya masing-masing.
Tak lama, Contem terlihat mulai mengernyitkan dahinya, lebih dari biasanya, hingga kedua alis tebalnya seolah-olah hampir bertemu. Jari jemarinya mulai bergetar. Nafasnya sedikit demi sedikit mulai tersengal. Butiran keringat mulai timbul di sekitar wajah dan dahinya.
"Plore. Apakah aku gila???", tanya Contem kemudian.
"Mungkin," jawab Plore, "Mungkin nanti. Mungkin aku juga. Jangan takut, kita tak perlu cemas atau khawatir, mari berharap kita tak akan gila"
Dan bangkitlah mereka berdua dari duduk malamnya, Lalu mulai berjalan ke dalam hutan yang mengelilingi tempat mereka duduk. Membiarkan kaki mereka tetap melangkah. Menjaga agar keduanya tetap waras dan bergerak ke bagian tengah dunia yang bisa di mana saja. Di tengah kegelapan yang berkepanjangan.
-
Anginnya bukan tak ada, bahkan bertiupnya cukup kencang, namun baginya tak terasa. Di sekelilingnya embun-embun mulai terbentuk bertengger sunyi di rerumputan, namun baginya tak terasa. Jauh di sana, anjing-anjing hutan pada melolong, memecah malam yang diam-diam gelap, namun baginya tak terdengar. Malam terasa olehnya saat itu hanyalah gelapnya, dari ujung belakang hingga ke ujung depan, dari ujung kanan hingga ke ujung kiri. Maka di sana seorang pria duduk, seorang pria yang duduk terdiam di tengah dunia. Sendirian.
Seekor burung hantu, di atas sebuah dahan mengamati tengah dunia ini dalam diam. Dilihatnya pria itu terdiam lama bermenung. Hingga kemudian pria itu beranjak dari duduknya dan mulai berjalan ke dalam hutan yang sedari tadi mengelilinginya hingga hilang di kegelapan.
Seekor burung hantu lalu terbang meninggalkan dahannya.
-
-
Judul :
DIALOG KONTEMPLASI
-
-