Dan tiada kalam sekuat kalam ilahi. Yang menyayat pilu
setiap manusia. Bahkan yang mengaku tiada punya hati.
Pada kalam yang menerangi, pada manusia celaka sepertiku
yang mencuri dengar kalamNya.
Dan tiada makhluk yang lebih lemah. Adalah manusia yang
menginjak-injak semut padahal tiada punya kuasa.
Merekalah, kitalah, atau akulah saja sendiri.
Yang lupa pada segala, menempa diri dalam jelaga penuh dosa.
Tenggelam dipupuk petaka. Membawa diri pada arti yang celaka.
Segala berkat yang lahir bersama matahari kemarin pagi.
Datang dalam warna ceria pada manusia-manusia. Yang mereka laik atasnya.
Namun untuk aku seorang. Adalah sebesar gunung bayangan yang datang kemarin.
Serupa ketakutan yang menyaru menjadi angin maut. Aku tak melihatnya datang,
aku merasakan tekanannya.
Selanjutnya tentang waktu. Yang memisahkan kita dari yang akan datang,
dengan yang sudah lampau.
Tanpa harus berbicara interpretasi.
Biar malam menggulung waktu untukku.