Friday, 19 September 2014

GELISAH KOTA I

Pada aspal jalan yang berair di horison
Pada ilusinya yang menguap
Kita boleh bercermin
Aku lihat aku saja

Kulihat aku memotong
Kulihat aku meraung
Kulihat aku memacu waktu
Kulihat aku menggerutu mencaci
Kulihat aku mengumpat
Kulihat aku bermasam wajah
Kulihat aku meresahkan
Kulihat aku egois, hina
Kulihat aku menyela
Kulihat aku mencelakakan
Kulihat aku semena kelakuan setan saja
Kulihat aku melanggar
Kulihat aku menabrak
Kulihat orang lebih menabrak
Kulihat orang bersalah, dosa besar, dasar, sialan!
Kulihat manusia lain bejat tak kira hewan di jalanan

Kulihat dunia tak hitam, putih pun
Semesta adalah abu kelabu di atas aspal jalan itu
Etika dan adab diuapkan bersama kumpar polusi
Pembenaran kepentingan dikambing hitamkan
Tidakkah kita picik?

Kita sudah sungguh setaniawi
Kesurupan ego seperti karang
Melupakan tenggang rasa itu dari kejiwaan

Sudikah kita lalu bijaksana?
Bahkan pada remeh yang kita temehkan?
Bahkan hanya berlalu-lintas?

TAK HIDUP TANPA JIWA

Malam tak gelap tanpa gelap
Pagi tak terang tanpa cahaya
Sore tak jingga tanpa senja
Sakit tak sakit tanpa luka
Senang tak senang tanpa suka
Sedih tak sedih tanpa duka

Hidup tak hidup tanpa jiwa
Kata tak hidup tanpa jiwa
Cinta tak hidup tanpa jiwa
Karya tak hidup tanpa jiwa

Sandiwara tak menghidupkan apapun
Jiwa berikan kehidupan
Jiwa

Usah kita hidupkan satu yang mati
Usah kita hidupkan satu yang hidup, sungguh ia hidup

Usapkan jiwamu mengelus
Akan hidup satu darimu