Semakin hari, semakin ke sini, anak-anak Indonesia mulai memiliki nama-nama yang keren, yang trendy, yang gaul banget menurut orang-orang. Seringkali kita dengar beberapa nama seperti, Sebastian, Mike (Maik), Tommy, Andrew, ah sangat beragamlah nama-nama yang keren belakangan ini. Dandanannya pun semakin kece, teknologi tertempel di mana-mana menjadi brand image anak-anak sekarang. Gaol gela!!
Tiba-tiba saja sebenarnya, muncul banyak pertanyaan di benak saya, oh, benak saya bertanya-tanya, kira-kira seperti inilah pertanyaannya yang di antaranya adalah :
- Kemanakah perginya Kang Ujang?
- Kemanakah perginya Mang Kosim?
- Kemanakah perginya Pak Obang?
- Kemanakah perginya Ceu Odah?
- Kemanakah perginya Ceu Iwik?
- Kemanakah perginya Bi Ucu?
Ohoh, ya tentu, Anda pikir saya main-main ya? Bukan, Kawan. Orang-orang di atas adalah orang-orang pejuang kaumku, pelestari keturunan IBJSK. Tentu Anda tidak tahu. Saya beritahu, IBJSK adalah Indonesia Bagian Jawa Sunda Kelapa. Mereka telah menghilang, dipencil oleh kata terpinggirkan!
Mereka berada di pinggiran zaman, Bung! Di sudut-sudut Pangalengan, di tepian Galuh Salakarya. Seiring dengan berondongan pertanyaan tersebut, kusertakan pula beberapa pertanyaan berikut :
- Kemanakah perginya budaya punten di kota-kota kita?
- Kemanakah perginya jaipongan dari hiburan penat kita?
- Kemanakah perginya Pupuh Asmarandana?
- Kemanakah perginya Pupuh Kinanti?
- Kemanakah perginya Karatagan Pahlawan?
- Kemanakah perginya Deungkleung Dengdek?
- Kemanakah perginya Sakadang Kuya?
- Kemanakah perginya budaya kita, Kawan?
Wahai, Sebastian...
Wahai, Mike alias Maik...
Wahai, Tommy...
Wahai, Andrew...
Aku serius soal ini, maka jadilah kalian sebagai Kang Ujang, sebagai Mang Kosim, sebagai Pak Obang, sebagai Ceu Odah, sebagai Ceu Iwik, sebagai Bi Ucu.
Sebagai cinta bagi Sunda Kelapa!